Saturday 27 December 2008

Teriakan Tengah Malam

Suatu tengah malam beberapa waktu lalu, aku terjaga dari tidurku karena mendengar bunyi tak biasa di dekat jendela kamar … bunyi yang ditimbulkan gerakan tangan yang sedang mencoba membuka pengait daun jendela. Ada orang di dekat jendela kamar tidur! Di tengah malam yang gelap!

Aku yakin itu suara tangan orang karena terdengar berirama, berbeda dengan bunyi terpaan angin atau kucing yang hendak menyelinap masuk. Bunyi itu sempat jeda sejenak. Mungkin orang itu sedang mengawasi sekeliling, khawatir ada yang memergoki. Sesaat kemudian, bunyi klotakan kembali muncul. Kali ini terdengar lebih halus. Orang itu pasti berharap bunyi yang ditimbulkannya jangan sampai membangunkan penghuni kamar yang sedang terlelap.

Kedua daun jendela kamar tidur memang biasa aku buka supaya angin malam yang dingin leluasa masuk mengusir udara pengap kamar tidur kami yang tidak menggunakan AC. Di sampingku anak-anak tergolek pulas dibuai mimpi. Waktu berangkat tidur tadi, kami lupa mematikan lampu kamar yang menyala terang benderang. Aku menduga, orang yang di luar jendela sudah sempat menyibak gorden penutup jendela, melongokkan kepala, dan mengawasi kami yang sedang nyenyak. Membayangkan itu, aku merasa seperti ditelanjangi pencuri kurang ajar itu. Untung aku tidur pakai pakaian lengkap.

Malam itu, nampaknya si calon pencuri sedang apes. Aku sudah lama terjaga karena mendengar bunyi klotakan persinggungan lengan besi pengait jendela dengan kait cantelannya.

Kalau si calon pencuri ini cukup lihai, dia bisa membuka jendela tanpa menimbulkan bunyi apapun. Dengan menyandarkan punggung di tembok, memposisikan lengan kirinya sebagai tumpuan, dia bisa mendorong daun jendela sedikit saja untuk melepaskan sentuhan lengan cantelan jendela dengan besi pengaitnya. Tahan nafas sejenak supaya tangan tidak gemetar dan perlahan cantelan diangkat. Cantelan terlepas sudah dan sekarang dia bisa meloloskan badannya masuk ke dalam kamar, bila itu yang dia rencanakan. Calon pencuri ini kurang lihai.

Aku biarkan bunyi itu beberapa saat sambil tergolek siaga memikirkan tindakan yang akan aku ambil. Ada dua pilihan, (1) membiarkan pencuri menuntaskan usahanya membuka jendela dan menunggu sampai dia melongokkan kepala masuk ke kamar, atau (2) berteriak maling membuat dia terkejut dan lari terbirit-birit.

Dengan cepat aku kalkulasi semua kemungkinan. Kalau aku biarkan si pencuri melongokkan kepala, aku bisa tendang kepalanya, mungkin fatal baginya. Tetapi kalau dia beruntung dan bisa memaksa menerobos masuk, situasi pasti akan membahayakan, terutama bagi kedua anakku yang sedang terlelap. Aku bayangkan duel akan terjadi, dan pasti berdarah-darah (keren gak? he he). Aku ngeri membayangkan itu semua.

Tak ingin kelamaan berfikir, aku melontarkan tubuh sekuat tenaga bangkit dari kasur. Secepat kilat aku sibak gorden dan berteriak mengeluarkan sumpah serapah “WOOOACCCCH!!!!! OOOOIIIII, MALIIIIIINNNNG, MALIIIIIIINNNGG!!!!! KURANG AJAR!!!!!!! OOOOIIII … OOOOOOIIII!!!! HA HA HA HA HA (KETAWA NGAKAK LEGA BANGET)” Semua terjadi dalam hitungan detik. Teriakanku menggelegar di malam yang sepi, kodok dan jangkrik menghentikan nyanyiannya sejenak. Kubebaskan umpatanku lepas menggelontor melewati kerongkongan, melampiaskan segenap emosi benci, takut dan marah.

Seseorang yang berbadan tidak terlalu besar dan hanya mengenakan celana pendek warna coklat terang terlihat melesat menuju gerbang halaman yang tak berpintu. Sesaat kemudian bayangannya lenyap di balik kegelapan kebun jati di samping musholla dekat rumah.

Oh .. what a hit! Nampaknya teriakanku mampu membuat pencuri itu terkejut dan lari lintang pukang. Sementara nafasku ngos-ngosan menahan emosi, ada kelegaan terasa. Mungkin karena berhasil berteriak mengeluarkan segenap emosi dan membuat si pencuri terbirit-birit. Herannya, kedua anakku seakan gak terusik suara-suara yang aku timbulkan. Setelah menutup jendela, aku segera ke dapur mengambil air minum dan menenangkan diri.

Malam kembali menyelubungi, jangkrik kembali bernyanyi. Suara kodok kembali bersahutan. Aku membuka pintu, melihat sekeliling. Tak nampak sedikitpun pengaruh suara gaduhku. Rumah-rumah tetanggaku memang terletak agak jauh, terpisah tanah-tanah kosong. Mereka pasti tak mendengar teriakanku yang penuh horor. Malam masih panjang. Aku tutup pintu dan mencoba kembali tidur.

No comments: