Sunday 29 June 2014

The Power of Kepepet

Baru semalam aku YAKIN aku sudah menemukan makna the power of kepepet yang sebenar-benarnya.

Frase tersebut umumnya dipakai untuk menjelaskan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan tugas dengan cepat bila kondisi terjepit atau waktu sudah makin sempit.

Sebuah pekerjaan yang dipesan atasan minggu lalu baru bisa dikerjakan sehari sebelum deadline. Enam hari berlalu sia-sia, tak menghasilkan apa-apa. Tetapi begitu ingat bahwa waktu sudah hampir habis, ide-ide bermunculan dan pekerjaan dapat diselesaikan, bahkan dalam hitungan jam.

Seseorang yang harus membayar hutang tiba-tiba merasa berani mengambil keputusan menjual motor kesayangan demi terhindar dari tekanan penagih hutang. Sesuatu yang tak terpikir untuk dilakukan bulan lalu, saat belum (atau tidak) merasa kepepet. Motor adalah aset yang bisa diuangkan. Toh masih bisa kemana-mana dengan bersepeda atau naik angkot. Minimal hutang sudah terbayar dulu.

Dua cerita di atas adalah bagaimana UMUMNYA frase the power of kepepet dimaknai. Kepepet di sini memiliki makna adanya tekanan dari luar diri. Ada faktor eksternal yang memaksa. Dalam contoh di atas, ada pihak atasan dan ada pihak penagih hutang.

PEMAHAMAN BARU tentang the power of kepepet SEHARUSNYA adalah UPAYA AKTIF penciptaan tekanan dari dalam diri, tekanan yang mampu memepet kita sehingga energi bisa muncul untuk kerja lebih keras, atau ide-ide bisa keluar.

Ketimbang menunggu dipepet atasan atau penagih hutang, bagaimana kalau kita AKTIF memepet diri sendiri sehingga pekerjaan tak lagi ada yang tertunda? Sehingga tak ada lagi hutang yang tak terbayar cepat? Mari aktif menciptakan perasaan sedang kepepet. Begitu kira-kira.

Kepepet memang terasa menyesakkan karena ia bersifat menekan. Tetapi setelah semua beres, bukankah kita merasa plong? Plong adalah happy. Mari manfaatkan the power of kepepet untuk bikin diri kita happy.

(KREDIT: aku harus berterimakasih pada dua sahabat: Pak Dolly dan Om Gede yang dari perbincangan dengan merekalah aku jadi tahu makna the power of kepepet yang sebenarnya).

Saturday 28 June 2014

Ramadhan 1435 H. Pilih Punya Duit Banyak atau Tak Punya Sama Sekali?

Awal puasa ramadhan 1435 H jatuh pada tanggal 29 Juni 2014. Malam ini, 28 Juni, malam pertama tarawih .. aku memutuskan untuk tarawih di rumah saja .. mungkin sendirian .. nanti kalau agak malaman .. Semoga keberkahan Ramadhan bisa aku peroleh, kami sekeluarga peroleh. Aamiin. Semoga .. karena begitu banyaknya godaan kesibukan dunia (yang kalau dibiarkan begitu saja) barangkali bisa mengurangi kesyahduan ibadah Ramadhan .. entahlah ..

Tadi sore, pas lagi nyetir di jalan - aku terbetik fikiran begini. Bahwa punya duit banyaak sekali, atau tidak punya sama sekali .. keduanya sama sama bisa mengalihkan fikiran dari Tuhan. Apa pasal? Banyak duit bikin bebas memanjakan keinginan berbelanja, beli ini beli itu, urus ini urus itu hingga lupa waktu. Ingat cerita Tsa'labah pada zaman nabi.

Tak punya duit juga bikin kosentarasi terlalu fokus pada upaya cari duit. Sebab bisa bisa keluarga tak bisa makan bila tak ada pendapatan. Bisa bisa tak bisa berobat bila sakit. Fikiran hanya pada duit, harta, kerja keras memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan tingkat di atasnya, apalagi yang bernama kebutuhan spiritual, barangkali akan susah terpenuhi sebelum perut terisi. Kata cerita, kefakiran itu dekat dengan kekafiran .. naudzubillahmindzaalik ..

Ah .. kalau gak hati hati, rasa-rasanya punya duit banyak sekali dan tidak punya sama sekali keduanya bisa bikin away dari Tuhan.

Rasa-rasanya kalau boleh pilih, aku ingin berdoa diberi harta tak banyak banyak sajalah, secukupnya saja supaya badanbisa tegakbuat beribadah kepadaNya. Cukup memenuhi sandang, pangan dan papan serta untuk biaya kesehatan keluarga, plus bisa bantu bantu teman atau saudara sedikit sedikit. Udah itu saja, biar fikiran tak terlalu teralihkan dari Tuhan. Kali begitu ..

Otak. Sang Pusat Pembuatan Keputusan

Life is a series of decision making process. Itu yang aku percaya. Dan otak adalah organ yang paling bertanggung jawab untuk tugas itu. Entah otak yang mana. Aku tak paham ilmu anatomi.

Yang jelas, tugas otak dalam membuat keputusan iu hanya jeda ketika kita sedang tidur (mungkin jedanya tak 100%) dan mendekati 100% ketika kita sedang pingsan. Lalu OFF bila kita mati. Mungkin begitu.

Boleh dibilang, otak tak berhenti bekerja membuat keputusan selama 24 jam, 7 hari seminggu, 30 hari dalam sebulan, atau 365 hari dalam setahun, atau seumur hidup. Keputusan yang dibikin TAK TERHITUNG jumlahnya. Countless. Dari detik ke detik, menit ke menit, terus bekerja membuat beragam keputusan yang kemudian dijalankan oleh organ-organ lain tubuh kita - bahkan mungkin oleh otak itu sendiri juga, semacam otak memerintah otak. Hehehe.

Otak memerintahkan mengetik. Membuat keputusan bagi mata untuk melihat layar. Lalu memerintahkan tangan meraih telpon ketika ada nada dering terdengar. Otak memerintahkan tangan kiri menggaruk pantat kalau terasa gatal.

Otak memerintahkan wajah menoleh, bahkan badan membalik, bila ada suara kemeresek terdengar dari samping atau belakang kita saat berada di dalam hutan bersemak rimbun.

Otak bekerja membuat keputusan bagi kita (sistem organ pelaksana perintah) untuk melakukan sesuatu dengan didasarkan pada proses analisis semua faktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan.

Otak memutuskan bagi mata untuk melihat layar komputer. Mengapa bukan menoleh ke kiri?

Otak memutuskan mata terus membaca tulisan ini. Mengapa bukan berhenti membaca

Otak tahu mana yang dia putuskan. Otak memilih, menimbang semua faktor, untuk kemudian memutuskan memberi perintah bagi organ untuk menunaikan perintah tersebut.

Tahu nggak. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu keputusan berjumlah tak sedikit. Bahkan TAK TERHITUNG.

Sebuah perintah otak bagi tangan kanan untuk meraih gagang cangkir kopi (mengapa bukan memegang cangkir?) lalu menyuruh mulut menyeruput kopi yang disorongkan tangan (mengapa bukan meludahinya), semua itu dilakukan dengan segenap pertimbangan seperti: ada rasa haus di mulut, ada keinginan lidah untuk mencecap kopi, ada keinginan break sejenak dari mengetik, dll yang semuanya diakumulasi, dikalkulasi, dihitung dengan skala prioritas, untuk membuat satu keputusan: tangan raih cangkir kopi untuk membawa kopi ke mulut. Bukan yang lain. Titik.

Dan semua itu dilakukan dalam kecepatan yang tak bisa kita bayangkan. Proses pembuatan keputusan itu dilakukan di sistem syaraf otak, dalam bentuk denyutan listrik otak, dalam kecepatan yang tak bisa kita samai dengan kecepatan apapun yang pernah dicipta (atau diketahui manusia).

To be brief: otak is amazing, complex, but quick and firm decision maker (mungkin dalam kondisi otak sehat). Tentunya lain lagi bila otak tak sehat. Wallaohua'lam.

Bucaille, Buka Mata, Penyerahan, (walau belum) Perwujudan

Di banyak akhir penggalan hidup yang aku lalui, tak peduli panjang pendek atau menarik tidaknya episode itu, kesimpulan akhirku berbunyi begini: penyerahan total pada kenyataan bahwa manusia TAK mampu melakukan apa-apa dan bahwa ADA kekuatan lain yang dapat melakukan apa apa.

Diam diam aku merasa bersyukur dibukakan jalan untuk tiba pada kesimpulan itu. Coba aku mati sebelum paham itu, niscaya, tak ada kesempatan bertobat.

Ngeri deh ...

Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Pernyataan yang bagiku garing banget sejak pertama belajar baca buku. Tak bermakna. Tetapi tak henti pula, sampai saat usia begini, 43 tahun, setiap saat aku dibenturkan pada kenyataan akan kebenaran kalimat garing itu.

Aku tak bisa lagi menyangkal kenyataan bahwa ada kekuatan maha kuat yang mengatur hidup ini.

Ya .. mengatur .. mengalahkan semua aturan yang dibikin anak manusia, kumpulan manusia, lembaga, negara, bahkan oleh kemanusiaan itu sendiri.

Semua ada akhirnya akan menyerah .. (Alami dan pikir sendiri deh .. bener kan?) hehehe.

Kemarin aku 'ditunjukkan' buku Maurice Bucaille yang setelah membaca sedikit bagian pengantar dan septong tulisan di dalamnya, aku memastikan bahwa Tuhan itu ADA dan TUHAN ITU MAHA segalanya.

Banyak tesis yang dapat diajukan untuk membuktikan kalau Muhammad Rasulullah adalah penipu. Tetapi, aku yakin tesis tesis itu akan gagal dengan sendirinya pada saat mata manusia (mata fisik) sudah mampu membuktikan apa-apa yang mata batinnya (sedari dulu) sudah rasakan, samar ataupun jelas, yang tak kentara karena terbutakan ataupun sengaja membutakan diri.

Buku Maurice Bucaille bisa cerita lebih banyak tentang apa yang aku maksud http://tinyurl.com/m3k5a5h

Kesimpulan: whatever will be, will be - laah .. Gusti Allah sing nduwe urip ... Tugasku sebagai manusia sederhana saja kok. Berusaha berbuat baik, bagi diri, keluarga, saudara, teman-teman, semua orang, dan dunia. Insya Allah Gusti Allah ngijabahi .. Aamiin ...