Wednesday 31 July 2019

No More Blogspot

Kemarin aku buat keputusan bahwa aku akan lebih banyak aktif menulis di Wordpress. Alasannya, penampakan layar edit di Blogspot ini tidak menarik. Bikin ill feel dan inspirasi menulis bisa terganggu.

Jenis font layar edit ini bagiku juga tidak menarik. Terlalu kecil. Tidak cocok bagi bapak-bapak usia hampir lansia. Kalau di Wordpress, ukuran fontnya pas dan jenis font yang dipakai juga bagiku inspiratif. Bikin ide-ide bermunculan dengan indah.

Mungkin ini masalah pengaturan saja. Tapi aku lagi malas atur-atur. Pinginnya siap saji. Lagipula di sini kaku. Blogspot seperti diam saja. Tak ada dialog. Tak ada keriangan. Seperti tak ada emosi. Bagaimana bisa membuat jari tangan lincah bila hati tak dihiasi emosi?

Hari ini aku juga putuskan untuk menulis di Blogspot, bila sedang pingin saja, hanya tentang topik-topik tertentu. Tetapi topik apa .. itu belum aku putuskan.

Dengan demikian aku ingin berucap good bye pada tagar #SehariSejudul. Tidak akan muncul lagi di Blogspot. Karena tulisan remeh-temeh akan lebih banyak muncul di Wordpress.

Topik remeh-temeh? Apakah itu berarti di Blogspot yang diakomodir hanya tulisan serius? Bisa saja. Tulisan yang menerapkan kaidah-kaidah jurnalisme beneran, ada referensi, ada verifikasi, ada riset pendahuluan, ada covering both sides, dll.

Wah jadi punya ide nih .. Barnagkali begitu saja. Tulisan di Blogspot aku atur minimal satu dalam sebulan, tetapi isinya serius, tak hanya pendapat pribadi, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Bisa gak ya?

Lalu kalau demikian, kalau disetujui bahwa di sini adalah tulisan yang menggunakan teknik-teknik jurnalisme beneran, lalu tentang topik apa?

Akan cenderung ke topik-topik sosial pembangunan dan juga kewirausahaan, dari kegiatan-kegiatan yang aku tekuni saat ini. Akan lebih mudah menulis hal-hal yang menjadi bagian aktifitas sehari-hari kita bukan?

Let's see ..

Sunday 21 July 2019

Kategorisasi Tulisan Blog?

Ternyata hari ini sudah enam hari sejak terakhir aku menulis di sini. Gila. Hampir seminggu berlalu tanpa ada karya. Tak ada tulisan mampir di blog ini.

Hal ini sebenarnya bukan karena tak punya ide, tetapi karena ndak sempat saja.

Tanggal 16-18 Juli lalu sedang di perjalanan. Tak bawa laptop buat menulis. Lagipula kesibukan selama di perjalanan barangkali tak akan memungkinkan buat menulis. Setelah itu, pulang, dan sesampai di rumah, sibuk wira wiri mengurus diri dan keluarga. Berobat ke Puskesmas dll. plus berbagai urusan lain.

Lengkaplah sudah. Tak bisa nyaman duduk lama di depan komputer. Baru mulai ketik judul sudah ada panggilan antar sekolah. Lalu ada permintaan antar jemput ke sana ke mari. Dekat dan jauh dari rumah. Kegiatan fisik yang padat, yang tidak menyisakan waktu untuk duduk diam merenung dan mengetik.

Yaa begitulah hidup. Mungkin bila tidak dapat MEMAKSA DIRI untuk menyediakan waktu sejam dua jam HANYA UNTUK MENULIS .. tanpa boleh ada gangguan .. maka hal seperti ini akan selalu terjadi. Tak ada tulisan tercipta.

Tak apalah .. Ini jadi pelajaran. Barangkali setelah ini aku bisa membuat tulisan di punggung. JANGAN DIGANGGU. SEDANG MENULIS. Supaya orang lain tak mendekat dan mengganggu.

Omong-omong tentang hal ini, aku tadi punya ide untuk membedakan topik tulisan di BLOGSPOT supaya tidak rancu dan kacau dengan yang di WORDPRESS.

Saat ini, aku menulis seri #SehariSejudul di dua tempat tersebut tanpa ada pembedaan. Tulis ya tulis saja. Kalau sudah nulis di Worpress, ya selanjutnya giliran nulis di Blogspot. Supaya adil. Tapi tak ada pembeda antar kedua tempat menampung tulisan ini.

Saat ini aku berfikir bahwa aku harus membedakan kedua blog tersebut. Entah dalam artian topik atau gaya menulis. Entahlah. Tapi harapannya dengan demikian akan memudahkan diriku menulis.

Misalnya, biarlah Wordpress untuk menulis tentang hal-hal serius, atau sebaliknya. Atau Blogspot dikhususkan untuk menulis dengan disiplin jurnalisme yang pernah aku pelajari. Ada sumber, referensi, verifikasi, dll. Lalu di Wordpress cuma buat pendapat pribadi atau sekedar curhatan. Atau bagaimanalah .. Pokoknya dibedakan ...

Baiklah .. Sambil jalan aku akan pikir tentang hal ini. Tetapi saat ini aku memang merasa sangat perlu membuat pembeda. Supaya lebih mudah fokus atau proses menulis punya pedoman.

Kalau sekarang kedua blog tersebut merupakan tempat menampung segala hal, maka untuk selanjutnya kedua tempat ini mestinya bisa dibedakan berdasaran jenis topik atau kedalaman atau kualitas tulisannya.

Barangkali begitu? Semoga bisa ..

#SehariSejudul

Monday 15 July 2019

Kering Ide, atau Malas Saja?

Seminggu terakhir aku selalu menulis pagi-pagi selepas sholat subuh. Aku berharap bisa menjadikan rutinitas tersebut sebagai kebiasaan bagus. Menulis tiap pagi.

Saat pagi seperti itu, fikiran terasa tenang. Belum diramaikan urusan-urusan. Kalaupun mau berurusan atau memulai urusan, harus nunggu agak siangan. Paling cepat jam 6.30, saat Aya berteriak minta diantar sekolah.

Saat pagi seperti itu, dunia juga masih senyap. Tak ada keramaian suara motor lalu lalang di jalanan depan rumah. Bisa konsentrasi dengan bagus. Badan juga segar, baru bangun dari istirahat malam, tenaga mengetik masih maksimal.

Tetapi hari ini .. pagi seperti itu terlewat. Tak ada tulisan tercipta. Kenapa?

Aku ingat saat bangun tidur aku punya ide buat tulisan (saat ini aku tidak ingat lagi apa ide tersebut). Tapi dengan bekal ingin menuliskannya, aku bergegas bangun dari pembaringan, ambil air wudlu, dan setelah sholat .. aku lupa harus menulis. Aku juga lupa apa yang ingin aku tulis. Aku pergi naik motor belikan Aya sarapan. Ini hari pertama dia masuk sekolah setelah libur panjang.

Apakah karena beli sarapan tadi lalu aku lupa mau menulis apa? Entah apa yang pasnya terjadi tadi pagi, aku tak begitu ingat. Tetapi kemudian ada juga muncul ide untuk menulis agak siangan. Tak terwujud juga. Apakah karena idenya kurang menarik? Atau bahannya kurang? Atau aku masih mikir-mikir untuk cari ide lain? Lalu kelupaan lagi karena kesibukan urus yang lain?

Menulis bisa terhambat gara-gara tidak ada ide. Atau karena ide kurang kuat? Atau tak punya bahan mendukung ide penulisan? Atau karena malas saja?

Malas? Barangkali iya juga. Wah .. kalau ini benar, dan kalau kegagalan menulis pagi-pagi hari ini karena malas, maka ini berarti merupakan peringatan keras. Bila terus menerus, dan tak bisa ditanggulangi, maka ide 365 judul dalam setahun bisa-bisa gagal.

Apakah aku mau gagal?

Tidak .. Aku akan buktikan bahwa aku punya kemauan besar dan kuat untuk mewujdukan apa apa yang ingin aku wujudkan. Lagipula ini cuma sekedar nulis blog. Segitu aja gagal? Gara-gara malas? Jangan deh.

#SehariSejudul

Sunday 14 July 2019

Nyetir Sendiri Atau Pakai Kereta?

Minggu depan aku perlu ke Jakarta. Antar Syarrifa daftar ulang kuliah. Rencana awal adalah pakai Zafira. Rasanya lebih nyaman bawa mobil sendiri. Leluasa angkut semua kebutuhan selama perjalanan. Aku suka bawa radio Sony punyaku kemana-mana. Juga baranag-barang lain yang kadang tak begitu diperlukan tapi bikin senang. Bawa mobil sendiri bisa muat semua.

Sejak beberapa hari ini, Zafira sudah aku siapkan. Ganti kampas rem yang sudah hampir habis. Lalu ganti sensor 02. Flush oli transmisi matik. Pasang booth as roda kiri. Terakhir ganti ban. Tetapi mungkin sebelum berangkat akan perlu cek blower AC kabin belakang yang tiba-tiba mati, plus ganti beberapa selang (radiator dan oli transmisi) yang kelihatan rembes. Tak lupa cek seat belt jok depan yang berkelakuan aneh.

Oh iya, Zafira itu apa?

Zafira adalah mobil penumpang bikinan Chevrolet. Seven seaters kata orang. Punyaku ini tahun 2001. Matik. Gerobak tua. Sering masuk angin dan perlu banyak pijat. Kata dunia otomotif, Zafira suka rewel. Bagiku tentu saja hal tersebut benar sekali. Apalagi sekarang dia sudah berusia 18 tahun. Kalau ukuran manusia, mungkin usianya sekitar 55 tahun. Sudah mulai uzur. Tetapi kalau masalah handling dan kenyamanan ngebut, jangan ditanya deh .. hahahaha.

Aku hitung biaya perjalanan pakai Zafira sebagai berikut.

Bensin 1.4 juta (Ukuran 1 liter 10 km)
Tol: 700 ribu (semarang - Jakarta)
Nginap 1 malam: 400 ribu (lebih kurang)
Makan dll: 500 ribu (hemat murah meriah)

TOTAL: 3 Juta

Selain keuntungan bisa bawa barang apa saja yang ingin dibawa, termasuk bawa bibit sirsak yang sudah aku semai sejak dua bulan lalu, buat ditanam di Rumah Depok, perjalanan dengan mobil sendiri itu asyik, terutama bagi yang suka nyetir kayak aku. Tak terjelaskan deh senangnya nyetir, lihat pemandangan kiri kanan, mengamati jalan dan kendaraan lain, berhenti sesekali di suatu tempat, pokoknya bagiku perjalanan seperti itu mengasyikkan, adventurous.

Dua hari menjelang keberangkatan, istriku mengajukan alternatif. Bagaimana kalau perjalanan pakai kereta saja? Keuntungannya lebih hemat. Capek atau kelelahan (maklum sudah usia) plus resiko mobil tua bisa dihindari. Lagipula tujuan ke Jakarta cuma satu hal: antar daftar ulang plus cek kamar kos (bila masih ada waktu). Kos sudah dicarikan Lita, sepupu Syarrifa, kemarin. Sudah kami DP dan pelu dikunjungi.

Pikir-pikir, alternatif ini ada baiknya juga. Lalu aku berhitung:

Tiket Argo Muria PP berdua: 600.000 x 2 = 1.2 juta
Menginap 2 malam = 350 x 2 = 600 ribu
Makan plus ongkos dalam kota = 1 juta

TOTAL: 2.8 juta

Dari segi biaya, tak banyak perbedaan. Tetapi bila mempertimbangkan potensi resiko yang disebut istriku bila pakai Zafira, maka akhirnya diputuskan untuk jalan pakai kereta saja.

Yaaah .. gak jadi deh jalan-jalan asyik. Mungkin next time deh. Lagipula di kereta bisa tenang baca buku. Aku rencana bawa beberapa buku.

Demikian sekelumit cerita buat ngisi blog. Hahaha.

#SehariSejudul

Saturday 13 July 2019

Story About Blog

Beberapa hari lalu, dalam perjalanan ke Semarang bawah, aku, Aya, dan Syarrifa bersahut-sahutan dengan bersemangat membahas tulisan kami di blog.

Aya bilang merasa malu sekali dengan penemuannya di Google Search saat mengetik nama lengkapnya. DITEMUKAN blog yang dia tulis waktu SD, sepuluh tahun lalu, saat kami masih tinggal di Depok.

"Malu banget. Tak meyangka dan tak terbayang kok bisa menulis seburuk dan se-alay itu," kata Aya menunjukkan perasaannya.

Syarrrifa mengiayakan kata-kata Aya. Lengkapnya dia bilang apa, aku lupa. Hehehe. Mereka berdua punya blog untuk menuliskan perasaan dan merekam kejadian sehari-hari yang mereka alami. Sekarang blog tersebut dibiarkan tak terurus, tak pernah diisi tulisan lagi. Lama sekali vakum. Wajar Aya 'terkejut' menemukannya dan mengingat kembali apa-apa yang pernah dia rasakan di masa lalu.

Aku tak setuju pendapat Aya dan Syarrifa yang menganggap tulisan lama sebagai karya memalukan. Bagiku sebaliknya. Cetusan perasaan atau rekaman kejadian masa lalu adalah salah satu 
harta tak ternilai yang bisa dimiliki seseorang.

Dalam tiap detik hidup kita, begitu banyak kejadian yang kita alami, begitu beragam perasaan kita dalam menanggapi, begitu berwana emosi yang menyertai. Bagiku, semua itu adalah harta. Sebagian orang boleh menganggapnya tak ada, sesuatu yang terjadi hanya untuk dilupakan, sesuatu yang tak cukup berharga untuk diingat, apalagi diabadikan lewat tulisan, hal-hal yang akan berlalu begitu saja seiring berlalunya waktu.

Bagiku kesan pertama terhadap kejadian pertama yang kita alami ibarat ikan yang terpancing kail, yang bila tak segera disimpan dalam wadah, apalagi dibiarkan meloncat kembali ke air, kemungkinan besar akan lenyap dan tak mungkin kembali.

Itulah mengapa aku sangat menghargai kesan pertama terhadap sesuatu hal. Saat memperoleh laptop baru. Saat berkunjung ke suatu kota yang belum pernah kia kunjungi. Pengalaman pertama naik kereta tebu di museum gula. Pengalaman pertama naik truk. Saat merasakan salju pertama. Atau merasakan dingin Bromo kali pertama. Perasaan-perasaan atau kesan-kesan yang tercipta pada pengalaman pertama itu begitu sayang untuk tidak direkam. Harus segera dituliskan. Kali lain, kali kedua, ketiga, keempat, mengalami hal yang sama, kesan pertama tak akan pernah muncul kembali. Seperti ikan yang lepas di air. Susah dan barangkali tak akan pernah muncul kembali lagi.

Jadi, tak ada tulisan yang memalukan. Tak ada kenangan yang tak berkesan. Yang ada adalah keabadian bila semuanya bisa kita tuliskan. Walau sekedar di blog seperti ini. Ayok menulis. Ayok merekam.

#SehariSejudul 

Friday 12 July 2019

Target Terlewat

Kemarin tak ada tulisan seri #SehariSejudul yang muncul di blog ini. Aku gagal memenuhi target. Bukan tidak ada bahan, tetapi kemarin aku sibuk sekali bahkan sejak pagi buta. Tak ada kesempatan duduk menulis.

Dari kejadian kemarin, aku mendapatkan pelajaran bahwa untuk mewujudkan komitmen menulis sehari satu judul blog, diperlukan strategi.

Strategi pertama adalah menulis pada jam-jam tertentu. Misal pagi-pagi sebelum memulai urusan lain atau malam hari sebelum tidur. Ini harus disiplin dan dibuat rutin. Bagaimana kalau ada ide bagus yang tiba-tiba muncul dan minta segera dituliskan? Ya kalau demikian, kalau bisa segera saja mengetik. Bagaimana kalau tidak ada komputer? Tuliskan ide tersebut, di buku, atau di mana yang bisa ditulisi, agar ide cemerlang tak hilang. Nanti bila sudah ada waktu dan ada komputer, ide akan jadi lebih mudah dituliskan. Minimal poin-poin pentingnya tak hilang atau terlupa.

Strategi kedua adalah tumbuhkan rasa bersalah bila ada hari yang terlewat tanpa menghasilkan satu tulisanpun. Komitmen menulis tiap hari harus dijaga dengan selalu mengingat bahwa tujuan menulis adalah membuat lancar mengetik dan menguraikan ide yang bila tidak dilakukan secara rutin maka akan menyebabkan sinkronisasi jari tangan dan pikiran terhalang atau tidak lancar.

Strategi ketiga adalah mengingat selalu kata-kata Pramudya Ananta Toer yang kira-kira berbunyi bahwa keabadian diperoleh dari menulis. Bila tak ditulis, maka semua cerita dan peristiwa akan hilang, lenyap tak berbekas. Bila tak menulis, kita tak punya bahan untuk dikenang generasi kemudian. Ingat itu baik-baik lalu pertebal dengan kata-kata bahwa menulis itu bikin ganteng. Wkwkwkwkw.

#SehariSejudul

Wednesday 10 July 2019

Ringan Karena Gembira

Kemarin sore aku dan Aya kolaborasi menjemur pakaian. Mesin cuci sudah menyelesaikan tugasnya memutar, membilas, dan memeras pakaian. Tinggal jemur. Entah mengapa kali ini kerjaan malesin menjemur pakaian itu terasa ringan.

Aya menggunakan hanger untuk kaos, pakaian dalam, dan hem. Aku menghampar handuk dan selimut di tali jemuran. Kami bersenandung dan obrol-obrol.

Aku tak ingat apa yang kami obrolin. Yang jelas pekerjaan jemur pakaian terasa cepat selesai. Seperti tak terasa.

Malam harinya Aya mengkonfirmasi bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Mengerjakan tugas menjemur dengan gembira. Seperti tak melakukan apa-apa. Tak buang energi. Tak ada rasa malas. Rasanya semangat dan pekerjaan tuntas.

Usut punya usut, ternyata penyebabnya adalah karena kami baru saja mendapat berita gembira. Syarrifa, kakaknya Aya, lulus SBMPTN di perguruan tinggi yang diimpikan. Dapat jurusan yang memang diingin-inginkan juga.

Senangnya Syarrifa menular ke kami sekeluarga. Dunia terasa cerah. Hati gembira. Bahkan tak ingat hutang, hahaha ...

Ternyata bila hati gembira, pekerjaan jadi terasa ringan. Pingin sering-sering terima berita gembira deh hehehe.

#SehariSejudul

Tuesday 9 July 2019

Sehari Sejudul

Menulis itu menyenangkan. Hati terasa plong saat berhasil menuangkan suatu ide secara runtun dan tuntas dalam satu judul. 

Runtun berarti pembaca dapat memahami ide yang kita tuliskan melalui struktur sajian yang bisa diikuti, tidak kacau balau. Tuntas artinya ide tersaji secara lengkap mulai dari pokok masalah sampai solusi yang ditawarkan. 

Bolehlah kurang sana kurang sini, tetapi secara umum, tulisan dapat kita nilai selesai. Tak ada yang menggantung atau terasa belum dituliskan. Semua yang di kepala sudah tertuang. Itu sudah menyenangkan.

Menulis akan terasa lebih menyenangkan lagi saat berhasil menekan tombol PUBLISH dan merasakan tulisan sudah mulai berlayar di dunianya, siap dibaca siapapun yang kebetulan menemukan. Berapa yang baca, apa tanggapan pembaca, tak begitu penting.

Itu dia dua hal yang aku pribadi anggap sebagai kriteria keberhasilan menulis. Menyelesaikan tulisan dan melepaskannya ke sidang pembaca. Sudah cukup menjadi reward bagiku untuk merasa senang dan berbahagia sendiri. 

Well .. Baris-baris di atas kok terasa begitu formal dan kaku ya. Hahaha. Tak mengapa .. Sudah tertulis dan selesai., itu sudah menyenangkan. Bayangkan kalau tiba-tiba listrik mati, ketiga paragraf di atas hilang (walau Blogspot sudah mengantisipasi dengan autosave), maka tak akan mudah bagi otak tua ini untuk mengulang apa yang sudah tertulis. Jadi, aku punya segudang alasan untuk merasa happy

Itu pertama. 

Yang kedua? Karena aku sudah membuka blog ini dan mulai menulis lagi. Tulisan terakhir tertanggal 16 Agustus 2016. Hampir 3 tahun lalu. Sayang kalau blog yang aku piara sejak 2008 ini dibiarkan merana, tak pernah dikunjungi apalagi dihiasi dengan tulisan. Aku senang hari ini aku berencana mulai menulis lagi dan sudah aku wujudkan dengan satu judul ini. Hehehe.

Oh iya, mengapa judulnya Sehari Sejudul? Karena itu sebenarnya menggambarkan keinginanku untuk menulis blog paling tidak satu judul sehari. Tentang apa saja. Serius dan tak serius. Opini maupun fakta. Jelek atau bagus. Tak masalah. Sepanjang sebuah judul selesai, lalu klik PUBLISH, maka rasa bahagia atau senangku akan dobel-dobel.

Muuuu .... laiiiii #SehariSejudul