Thursday 26 March 2009

Kursus Menulis ... Approved!

Dear Retno,
Greetings from Nairobi!
This has been approved. Please proceed with plans.
Best regards
Beatrix

Akhirnya, tanggal 24 Februari lalu Kantor Pusat di Nairobi menyetujui permohonan dana untuk kursus menulis. Sebelumnya terdengar kabar kantor kami, World Agroforestry Centre (ICRAF), mengurangi beberapa dana pelatihan bahkan hingga nol karena kekhawatiran bayangan krisis ekonomi global tahun 2009.

“Terharu juga ICRAF masih bisa mengusahakan dana untuk pelatihan ini,” kata Budi Setiyono ketika aku menemuinya 3 hari kemudian di kantor Pantau di Kebayoran Lama.

Buset, panggilan akrab lelaki ini, adalah Direktur Eksekutif Yayasan Pantau, lembaga yang didirikan dengan tujuan meningkatkan mutu jurnalisme di Indonesia.

Sejak 2003, Pantau menjalankan program pelatihan wartawan, konsultasi media, riset, penerbitan, serta diskusi terbatas untuk mendorong perbaikan mutu jurnalisme berbahasa Melayu.

Mulai April hingga Juni 2009 nanti, para instruktur Pantau (Andreas Harsono, Budi Setiyono, dan Bonnie Triyana) akan ke Bogor untuk melatih 20 staf peneliti ICRAF menulis feature dan kolom.

Selama ini, para peneliti ICRAF terbiasa menulis buku atau makalah untuk dimuat dalam jurnal-jurnal keilmuan baik dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris. Tentu saja bahasa yang dipakai bahasa ilmiah yang disebut beberapa kalangan cenderung kaku.

Dilandasi keinginan menyajikan hasil-hasil penelitian agroforestri ke khalayak umum yang lebih luas, kami di ICRAF ingin belajar menulis populer, gaya penulisan yang dipakai media pada umumnya. Endi Bayuni, Chief Editor the Jakarta Post, dijadwalkan akan menjadi salah satu pembicara tamu dalam kursus ini. Kami berharap bisa belajar seluk beluk penulisan untuk media dari Endi.

Efrian, salah satu calon peserta kursus menulis email, “I would like to know how to deliver science in a public daily language, and also in an interesting way, not in such a way scientist used to, complicated and boring…..he..he…

Tidak mudah menolak sinyalemen Efrian tentang bahasa yang complicated dan boring yang sering dipakai peneliti dalam menulis. Kami berharap kursus menulis ini akan mengajarkan kami cara meramu tulisan yang enak dibaca dan tidak membosankan.

Gamma, calon peserta lain, bertutur dalam emailnya.

Mas Au, saya kirim paper jurnal yang ditulis tahun 2006. Paper ini pernah mendapat penghargaan dari IASCP 2006 sebagai "the best paper on policy". Berbagai tanggapan baik pro dan kontra telah dialamatkan kepada tulisan ini melalui berbagai publikasi.
Harapan saya, seandainya tulisan ini dibahasakan dalam bentuk yang lebih umum, menarik dan menjangkau lebih luas, pasti mendapat perhatian yang lebih luas. Sayang, suatu pengetahuan dan pemahaman baru hanya menyebar di forum yang terbatas (dalam hal ini, ilmiah saja).


Sejalan dengan apa yang diungkap Gamma, di ICRAF sendiri sedang berkembang keinginan untuk lebih menghadirkan hasil-hasil penelitian kepada khalayak yang lebih luas dengan bantuan koran, radio, maupun televisi.

Minggu lalu, James Roshetko (peneliti senior ICRAF-Winrock International) hadir dalam dialog DAAI TV menyambut Hari Bumi. Dialog akan ditayangkan tanggal 30 April nanti, jam 8.30 malam. Kami berharap suatu saat kerjasama program radio juga bisa kami wujudkan bersama KBR68H. Pembicaraan ke arah itu sudah dimulai.

Sekampung Sekuliahan
Kursus menulis sekali dua minggi selama 3 bulan ini disambut dengan antusias oleh Iwan Kurniawan, tree marketing specialist di kantor kami. Dalam sebuah emailnya dia berkata, “Wah wong Jember ternyata rek Mas Andreas? sekampung berarti. :)”

Aku juga baru tahu kalo Mas Iwan asli Jember. Aku fikir orang Semarang atau setidaknya sekitar Semarang. Maaf ya Mas Iwan .. :))

Suseno Budidarsono, sesama mahasiswa dengan Mas Andreas ketika kuliah di Salatiga dulu, menyatakan menyesal tidak bisa partisipasi penuh karena jadwal yang tidak memungkinkan.

Tetapi Pak Seno, panggilan bagi Ketua Perhimpunan Staf ICRAF SEA ini, menjanjikan akan membantu. “Melihat tanggalnya, saya banyak yang konflik dengan kegiatan lain, mulai April, Mei dan Juni. Tapi saya bersedia menjadi “among tamu’ dan ngobrol sama Andreas.”

Science is (not) only for Science
Jadwal dan silabus kursus menulis sudah tersusun rapi. Mbak Nur dan Mbak Fiqoh dari Pantau bekerja ekstra keras untuk membantu kami di ICRAF. Terimakasih buat mereka berdua. Semoga tujuan bersama ‘mengenalkan menulis sebagai alat menuju kebahagiaan’ bisa terwujud.

Ada satu hak menarik diungkap temanku di kantor, De Wulandari – TULSEA Project Officer.

It is not only how to use popular media to communicate science, but is science communicative enough to be brought to general audience? And how to make science interesting to the rest of the world, not only for the scientists?"

Hmmm .... barangkali sebagai benda tak bernyawa, science itu sendiri gak berdosa De. Yang perlu dicecar para pengemasnya kalee! Dua puluh calon pengemas sudah siap kursus pengemasan khan. :)

Thursday 19 March 2009

Underwritten Indonesia

"Ah .. just one of the many!" gumanku melihat Weekender edisi January 2009 tergeletak di atas meja pojok di cafe dalam komplek kantor CIFOR-ICRAF tempatku kerja. Siang yang tenang selepas jam sibuk makan siang. Aku suka ke cafe untuk sekedar bikin teh atau kopi pada jam-jam sepi seperti itu. Kuraih Weekender dan segera duduk di sofa empuk yang memang disediakan untuk santai sejenak.

Weekender adalah majalah mingguan berbahasa Inggris terbitan Jakarta Post. Setelah bosan dengan beragam majalah yang bagiku isinya itu-itu saja (maaf: ini bukan hasil penelitian obyektif, tapi pengamatan serampangan), aku fikir Weekender tidaklah beda. Bahkan lebih mirip suplemen gratisan penampung iklan. Tak lebih dari propaganda komersil belaka.

Tapi eits ... tunggu dulu! Setelah membolak-balik beberapa halaman, sekilas membaca satu dua artikel, aku fikir aku salah. Gaya tulisan Bruce Emond sangat bagus untuk dilewatkan begitu saja. Aku bisa belajar menulis dari sang editor sekaligus penulis yang nampaknya khusus ditugaskan untuk menggawangi Weekender.

Tak enak berlama-lama di cafe - ntar dikira gak kerja - kuputuskan 'mencuri' Weekender. Ini sebenarnya gak boleh, karena majalah cafe harus dibaca di tempat! Alasan ngeles: tak kulihat satupun staf cafe untuk minta ijin. Lagipula, ini kan cuma minjem bentar aja kok. :) Ntar pasti dibalikin ...

Weekender. Hmmm ... Selain tulisan-tulisan Bruce, aku sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Endy Bayuni dalam Message from the Chief Editor (hal. 8). Ini sebenarnya alasan utama aku harus tulis blog hari ini.

Kata Endy begini: "Indonesia is one of the areas in the world that is still heavily underwritten, whether in English or Indonesian publications. The 17,000 islands in the archipelago, the hundreds of ethnic and cultural groups, and the hundreds of language spoken, their lives, dreams and aspirations are there waiting to be explore and told to the outside world."

Nah loh ... temen-temen yang lagi belajar nulis, terutama yang kadang merasa kehabisan ide, perlu ingat pesan Endy. Jangan khawatir kehabisan topik. Walaupun Google sanggup menyediakan jawaban atas hampir apa saja yang kita tanyakan, aku setuju dengan Endy, masih banyak hal yang bisa kita tulis tentang sekeliling kita di Indonesia ini. Hayooo .. semangat!

Terimakasih Pak Endy. Paragrafnya bikin semangat. Kita pernah bertemu dalam presentasi di kursus Pantau, Januari lalu. Kalau gak ada aral melintang, bisa ketemuan lagi nich, di kursus menulis buat teman-teman di ICRAF Bogor. Sampai jumpa ... :D

http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/13/message-chief-editor-an-ensemble-called-the-weekender.html