Thursday 19 March 2009

Underwritten Indonesia

"Ah .. just one of the many!" gumanku melihat Weekender edisi January 2009 tergeletak di atas meja pojok di cafe dalam komplek kantor CIFOR-ICRAF tempatku kerja. Siang yang tenang selepas jam sibuk makan siang. Aku suka ke cafe untuk sekedar bikin teh atau kopi pada jam-jam sepi seperti itu. Kuraih Weekender dan segera duduk di sofa empuk yang memang disediakan untuk santai sejenak.

Weekender adalah majalah mingguan berbahasa Inggris terbitan Jakarta Post. Setelah bosan dengan beragam majalah yang bagiku isinya itu-itu saja (maaf: ini bukan hasil penelitian obyektif, tapi pengamatan serampangan), aku fikir Weekender tidaklah beda. Bahkan lebih mirip suplemen gratisan penampung iklan. Tak lebih dari propaganda komersil belaka.

Tapi eits ... tunggu dulu! Setelah membolak-balik beberapa halaman, sekilas membaca satu dua artikel, aku fikir aku salah. Gaya tulisan Bruce Emond sangat bagus untuk dilewatkan begitu saja. Aku bisa belajar menulis dari sang editor sekaligus penulis yang nampaknya khusus ditugaskan untuk menggawangi Weekender.

Tak enak berlama-lama di cafe - ntar dikira gak kerja - kuputuskan 'mencuri' Weekender. Ini sebenarnya gak boleh, karena majalah cafe harus dibaca di tempat! Alasan ngeles: tak kulihat satupun staf cafe untuk minta ijin. Lagipula, ini kan cuma minjem bentar aja kok. :) Ntar pasti dibalikin ...

Weekender. Hmmm ... Selain tulisan-tulisan Bruce, aku sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Endy Bayuni dalam Message from the Chief Editor (hal. 8). Ini sebenarnya alasan utama aku harus tulis blog hari ini.

Kata Endy begini: "Indonesia is one of the areas in the world that is still heavily underwritten, whether in English or Indonesian publications. The 17,000 islands in the archipelago, the hundreds of ethnic and cultural groups, and the hundreds of language spoken, their lives, dreams and aspirations are there waiting to be explore and told to the outside world."

Nah loh ... temen-temen yang lagi belajar nulis, terutama yang kadang merasa kehabisan ide, perlu ingat pesan Endy. Jangan khawatir kehabisan topik. Walaupun Google sanggup menyediakan jawaban atas hampir apa saja yang kita tanyakan, aku setuju dengan Endy, masih banyak hal yang bisa kita tulis tentang sekeliling kita di Indonesia ini. Hayooo .. semangat!

Terimakasih Pak Endy. Paragrafnya bikin semangat. Kita pernah bertemu dalam presentasi di kursus Pantau, Januari lalu. Kalau gak ada aral melintang, bisa ketemuan lagi nich, di kursus menulis buat teman-teman di ICRAF Bogor. Sampai jumpa ... :D

http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/13/message-chief-editor-an-ensemble-called-the-weekender.html

No comments: