Monday 25 November 2013

Cinta Pada Pandangan Pertama

Supaya membaca buku jadi terasa lebih bermakna, jangan lupa siapkan pensil/ballpoint. Untuk apa? Mencatat refleksi pertama yang muncul saat membaca atau sehabis membaca suatu judul, suatu kalimat, paragraf, artikel, atau buku.

Ingat. Refleksi (atau reaksi fikiran) pertama. Itulah yang dituliskan. Yang gak pakai pertimbangan macam-macam. Apa yang kadang disebut njeplak (bahasa jawa = asal komentar terhadap sesuatu yang dilihat, saat itu juga, tak pakai mikir). Atau komen (terkait status di FB atau media sosial lainnya). Toh komennya buat kita sendiri kok. Bukan untuk dibaca orang lain.

Reaksi fikiran pertama adalah arti judul posting ini. Cinta yang muncul pada pandangan kedua akan beda lho. Mungkin akan lebih baik atau lebih sempurna. Tetapi cinta pada pandangan pertama itu cuma muncul sekali. Terjadi sekali saja saat pandangan jatuh. Sifatnya unik dan tak berulang. Catatan: di sini tak dikenal adanya refleksi salah atau benar, keliru atau serampangan, kurang lengkap atau ngawur. Tak ada. Yang ada adalah refleksi pertama. Sesuatu yang sangat berharga.

Mencatat bisa langsung di buku yang sedang di baca, di pinggir teks yang kosong, di halaman yang kebetulan kosong, di mana saja di dalam buku tersebut, atau bisa juga di buku lain. Tetapi di buku lain tidak disarankan karena refleksi berarti terpisah dari buku. Resiko hilang atau bikin repot kasi penjelasan untuk dapat mengingat lengkap konteks mengapa catatan (refleksi) muncul dan ditulislan.

Melihat judul bagus, lalu kagum dengannya, segera tuliskan kekaguman itu. Bilapun tak suka dengan judul itu, katakanlah. Tulislah mengapa tak suka. Itulah refleksi.

Membaca satu parafgraf, lalu punya pikiran kritis, pertanyaan, kesimpulan, atau pendapat lain, atau apa saja, jangan lupa segera ditulis. Yaa .... intinya adalah SEGERA dituliskan. sebab kalau tidak, refleksi atas apa yang dibaca bisa hilang atau berubah saat pindah ke paragraf lain, halaman lain, judul lain, atau buku lain.

Selesai membaca suatu artikel lepas, atau satu artikel yang merupakan bagian dari suatu buku, biasanya kita punya pendapat, tanggapan atau pertanyaan (atau apa saja namanya) terkait artikel tersebut. Tuliskan segera.

Tak perlu panjang panjang. Cukup ringkas dan pakai simbol juga tak apa. Maklum space yang tersedia di pinggiran artikel kadang tak banyak.

Berikut contoh yang aku bikin saat baca buku Brand Gardener (Handoko Hendroyono).


Membaca sampai hal 61. I love this. Buku ini menarik dilihat dari judul dan disain cover - tetapi isinya belum terlihat brilliant.

Di halaman 35, akhir Story 1: Aku menulis gini:

The idea is OK but may not be applicable in this 'pragmatic' era. 
Question: Are you brave enough as a manager or a staff to make a breakthrough? If yes, ways should be defined.

Di Halaman 40, semacam kesimpulan saja, aku tulis:
----
Keep writing stories in your blog / website / Twitter.
It sells!
----
Human interest stories (and pictures).

Begitulah .. Nulisnya (tentu yang terbaca), dan pendek-pendek. Bisa juga satu dua kata. Tak ada masalah. Semaunya kita saja.

Ada beberapa keuntungan bila membaca dan langsung buat coret-coretan refleksi:
1) Sebagai bukti bahwa kita sudah membaca paragraf / artikel yang bersangkutan
2) Sebagai catatan berharga ide-ide cemerlang yang timbul karena terinspirasi bacaan yang kita baca
3) Sebagai bahan pengingat di kemudian hari tentang isi paragraf, artikel, atau isi buku. Bila tertarik dengan pemikiran kita sendiri (dari melihat apa yang tercoret-coret), kita bisa explore lebih dalam, baca ulang artikel, dan formulasikan ide menjadi sesuatu yang lebih lengkap - misal tulisan baru atau tulisan sanggahan, dll.

Demikianlah sekelumit tentang aksi baca dan coret-coret.

Nah. Sebagai praktek, Anda bisa langsung tuliskan (di bagian komentar) refleksi atau reaksi fikiran anda sehabis membaca tulisan ini. Barangkali ada yang menulis begini:

Judulnya tak sesuai dengan isi tulisan.
atau:
Penulisnya sedang tak punya kerjaan, asal nulis saja, tapi lumayan .. :D

Hehehe ... Salam ...
Sampai jumpa di episode 'Menulis Apa yang Terlintas' selanjutnya ...