Friday 12 December 2008

Gagal Ngobrol Bareng Riri Reza 2

Good moment! Tanggal 9 Desember, aku dapati si bos tidak masuk kantor. Ini berarti tak perlu cari cari alasan untuk menjelaskan rencana kepulangan awal. Sebenarnya memang gak perlu perlu amat cari alasan karena ke Pantau ini bukan semata untuk keperluan pribadi, tapi untuk pengembangan diri. Aku yakin pelajaran dari Riri nantinya juga akan sangat berguna bagi kepentingan kantor. Kan mau dipakai buat bikin film di Nanggung.

Pagi pagi sekali, di rumah, aku periksa baterai alat perekam digital Philips punyaku. Dengan merekam, kupastikan tidak akan kehilangan satu katapun dari apa yang dikatakan Riri. Aku periksa Canon D400 yang selalu setia menemaniku kemana pergi. Siap pakai. Aku bayangkan dimana aku akan duduk, di kursi pojok sebelah kanan pintu masuk ruang kelas tempat kami belajar. Posisi terbaik untuk mendapatkan beberapa foto close up Riri, juga suasana ngobrol yang pastinya akan seru. Tak lupa aku siapkan baju kaos kesayanagnku, abu-abu bergaris biru yang berpenutup kepala. Kaos ini paling sering aku pakai kalau ke Pantau karena aku sering kedinginan karena AC, atau karena kehabisan energi saking serunya diskusi atau konsentrasi berlebih memahami slide presentasi pembimbing kami, Andreas Harsono.

Jam 4 sore, aku sudah matikan Dell Latitude D420, laptop kerja yang baru beberapa minggu lalu aku peroleh. Laptop ini sudah bekas. Seorang staf senior di kantorku baru beli laptop yang lebih canggih. Aku dapat lungsuran. Bagiku gak mengapa, sudah lebih dari cukup. Lagipula karena bentuknya yang kecil, tipis, dan enteng, can’t ask no more man! Sudah puas banget! :D

Selesai memasukkan laptop dan berbagai peralatan lain ke tas, aku beranjak ke musholla – sholat Ashar memohon doa semoga semua berjalan lancar, selamat di jalan. (Sounds like a taat wise guy yach he he.)

Jam 4.20 aku keluar gerbang kantor yang dijaga 4 satpam berpakaian biru gelap. Dua orang bertugas buka tutup portal penghalang, seorang mencatat nomor kendaraan yang keluar masuk, dan seorang lagi ada di dalam pos duduk depan komputer. Kantorku berada di dalam komplek seluas 20 hektar milik Pusat Penelitian Kehutanan Internasional atau CIFOR. Penjagaan biasanya juga diperketat bila ada isu bom.

Kulirik jam mobil, pukul 4.34 saat aku melewati jembatan setelah terminal Bubulak menuju menuju kompleks Perumahan Yasmin Bogor. Cukup waktu, sekitar 2.5 jam, begitu gumanku dalam hati. Tidak perlu tergesa. Biasanya aku perlu waktu 2 jam sampai di Pantau saat kursus dulu. Jadi aku amat yakin hari ini aku akan tiba bahkan mendahului teman-teman yang lain. Akan ada kesempatan godain Mbak Fiqoh atau berkenalan dengan teman-teman kursus menulis dari angkatan lain.

Di perempatan Yasmin, aku belok kiri masuk ke jalan Raya Semplak yang aspalnya sudah makin penuh dengan borok bahkan lubang dalam, terutama di depan komplek perumahan angkatan udara Atang Senjaya. Aku pilih ke Jakarta lewat jalan raya Parung-Bogor karena pertimbangan jarak. Bensin mepet. Duit cekak. Lagipula sayang kalau harus bayar tol, :D perhitungan amat ya …

Pertimbangan yang mulanya aku anggap bijaksana ini, karena ada unsur penghematan di dalamnya, nantinya akan menjadi sesuatu yang terpaksa aku bayar mahal! Mahal sekaliii ...

Lanjut baca: Gagal Ngobrol Bareng Riri Reza 3

No comments: