Thursday 11 December 2008

Gagal Ngobrol Bareng Riri Reza 1

Khawatir tidak kebagian tempat kalau telat konfirmasi, aku langsung membalas email dari Mbak Fiqoh, …ikuuut ….. Peserta terbatas: cuma 8 orang! Begitu kira-kira pesan dalam email undangan menghadiri sesi ngobrol bareng Riri Reza yang akan diadakan jam 19.00 – 21.00 tanggal 9 Desember 2008, di kantor Yayasan Pantau di Kebayoran Lama. Mbak Fiqoh adalah panggilan akrab Siti Nurrofiqoh, staf Pantau yang aktif menulis cerita perjuangan buruh Tangerang.

Adalah kesempatan langka bisa ngobrol dekat dengan Riri, sang sutradara terkenal berambut awut-awutan, yang baru saja sukses lewat film Laskar Pelangi. Aku berguman, “Lengkap sudah!” Setelah membaca buku Laskar Pelangi, menonton filmnya, lalu membaca buku ‘Di Balik Layar Laskar Pelangi’, tentu saja akan sangat sempurna bila cerita ditutup dengan sebuah obrolan langsung dengan orang yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan film yang dipuji banyak kalangan.

Aku sendiri sedang meyiapkan konsep liputan untuk acara DAAI TV. Jangan salah, aku bukan staf TV yang membawa pesan cinta kasih tersebut, tetapi aku memang sedang merintis kerjasama dengannya untuk mengenalkan konsep-konsep agroforestri yang merupakan subyek penelitian lembagaku, the World Agroforestry Centre (ICRAF-SEA). DAAI TV berencana mengunjungi lokasi penelitian kami di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, untuk pengambilan gambar.

Akan sangat berguna bila aku bisa mendengarkan tips dan trick pembuatan film langsung dari Riri untuk bisa aku aplikasikan dalam shooting yang kami rencanakan akhir Desember ini. Pengalaman membuat video program penelitian 2 tahun silam menunjukkan kepadaku keasyikan membuat film, mulai dari merancang konsep, membuat script, membuat story board, mengatur pengambilan gambar, dan editing sekaligus memilih ilustrasi musik. Aku sangat mengharapkan sesi ini ...

Segera aku set alarm pengingat di HP Nokia bututku. Aku tentukan tanggal 8 Desember jam 10 pagi, tanggal 9 Desember jam 10 pagi dan jam 13 siang. Semuanya berisi pesan pengingat tentang sesi ngobrol di Pantau. Aku tidak ingin terlupa. Segera kuceritakan rencana bertemu langsung dengan Riri Reza ke kedua anakku, Syarrifa dan Ayasha, yang sampai saat ini masih ingin nonton Laskar Pelangi untuk yang kedua kalinya. Syarrifa sendiri sudah menyelesaikan buku tulisan Andrea Hirata sekaligus buku Di Balik Layar Laskar Pelangi. Dia senang sekali bapaknya akan ketemu dengan orang yang dia kenal hanya lewat tulisan, gambar, dan layar TV.

Jauh-jauh hari, aku sudah siapkan alasan untuk bisa pulang lebih awal dari kantor. Paling tidak, aku perlu sekitar 2 jam untuk sampai di Pantau dengan mobil dari kantorku di Bogor Barat. Aku tahu persis karena pada bulan Mei sampai Agustus lalu, setiap hari Selasa sore aku berangkat dari Bogor ke Pantau untuk ikut Kursus Jurnalisme Sastrawi IV.

Lanjut baca: Gagal Ngobrol Bareng Riri Reza 2

No comments: