Friday 12 December 2008

Gagal Ngobrol Bareng Riri Reza 4

Kalau ke Jakarta naik mobil, aku suka mendengarkan Radio Elshinta. Terutama ingin memantau keadaan lalu lintas di jalan-jalan yang aku rencanakan akan aku lewati. Sayang sekali, sejak mulai tersendat beberapa puluh menit lalu, tak ada berita apapun dari jalan Cirendeu ini. Aku punya nomor telpon seluler Elshinta untuk laporan keadaan jalan. Aku raih Nokiaku, aku ketik sebuah SMS: “Sudah 1 jam tidak bergerak di Cirendeu ke arah Lebak Bulus. Ada apakah? Fauzh, Depok.” Karena pencet tuts HP sambil pegang setir, Fauzi tercetak Fauzh. Aku tak peduli, aku segera kirim ke 0811806543.

SMS-ku tak segera terbaca, karena sesaat kemudian Elshinta menghubungkan diri dengan Radio BBC London untuk menyiarkan berita dunia. Ga apa apa. Lumayan bisa dengar berita sambil menunggu. Lima belas menit berlalu, aku mulai kehilangan harapan. Aku berbisik perlahan, “Kayaknya, Riri Reza bakal gagal nich.”

Sesaat setelah jingle musik Radio BBC berlalu menandakan berakhirnya siaran berita, muncul suara penyiar Elshinta. “Terimakasih kepada Bapak Fauzi yang telah berbagi informasi. Jalan Cirendeu yang ke arah Lebak Bulus macet total. Sudah 1 jam tidak bergerak. Tidak ada petugas di sana. Mohon bantuan petugas segera.”

Sangat mencengangkan. Penyiar tersebut tahu namaku Fauzi, bukan Fauzh seperti yang terkirim lewat SMS. Dia juga sangat pintar mengedit SMS-ku menjadi lebih komunikatif dan bernada urgen sehingga bantuan petugas kepolisian untuk mengurai kemacetan bisa segera datang - sesuatu yang tak mungkin, fikirku. Mana ada petugas kepolisian yang akan datang membantu pada jam-jam nanggung seperti ini, lanjutku dalam hati.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. “Oh My Gooooooood!!!!!!” teriakku penuh horor. “Ini diaaaaa!!!! Aku ternyata telah menjadi korban!!!

Dua hari lalu, ketika aku iseng membuka Detik.com mencari berita tentang kemenangan away Liverpool, tim kesayanganku, atas PSV Eindhoven 3-1 dalam ajang kualifikasi Piala Champion Eropa, aku temukan berita tentang perempatan FedEx – Ciputat yang macet total karena ada pengerjaan gorong-gorong yang bikin pusing semua orang.

Hari ini aku jadi korbannya! Aku tak mungkin lolos kemacetan ini. Tak mungkin bisa melewati kolong tol Lebak Bulus! Tak mungkin! Apalagi aku masih belum keluar dari jalan Cirendeu yang namanya tiba-tiba menumbuhkan rasa benci di hatiku!

Perlahan aku matikan harapan. Harapan bertemu dengan Riri Reza. Harapan bertanya satu dua pertanyaan tentang film dan pembuatan film. Tentang penulisan skenario berdasarkan novel. Harapan mendengarkan teman-teman kursus Pantau yang biasanya pintar mengajukan pertanyaan pintar. Kumatikan harapan belajarku kali ini.

Kumatikan pula harapanku untuk ketemu temanku Dinda, yang sudah confirm datang ke Pantau untuk sesi ini. Dinda, yang emailnya tentang kepastian waktu ngobrol bareng itu, membuat Mbak Fiqoh merasa perlu menyebarkan sebuah email reminder susulan kepada semua anggota mailinglist pantau.yahoogroups. Kumatikan harapan bertemu Mbak Fiqoh, untuk membayar 2 buku yang aku pesan, sekaligus menjelaskan rencanaku mengikuti kurus menulis intensif 2 minggu di bulan Januari nanti.

Dengan sedih kuingat kamera dan alat rekam yang sudah aku siapkan dengan seksama. Aku sedih mengingat buku “Di Balik Layar Laskar Pelangi” yang sengaja aku bawa, untuk minta tandatangan Riri Reza, buat Syarrifa (anakku) yang akan ulang tahun ke 8 tanggal 16 Desember minggu depan.

Tadinya aku berfikir tanda tangan Riri Reza dan sedikit guratan tangannya akan menjadi hadiah terindah buat Syarrifa yang hobi membaca. Dia sudah selesai membaca Balik Layar Laskar Pelangi sementara aku sendiri belum … hi hi hi malu nich

Lanjut Baca: Tulisan terakhir, berisi kabar gembira.

2 comments:

lialoebis said...

so...so... gims jadi ga ketemu riri reza-nya... duh penasaran neh

Anonymous said...

Wadoh bang! turut berduka deh!
Eh, ada kabar gembira apa? lanjut dunks tulisannya :)