Friday 6 June 2008

Tips Menulis - Thanks Lia

Sudah empat hari sejak Selasa lalu aku berkutat dengan tulisan tentang proyek penelitian budidaya sayur katuk yang dilakukan oleh temen-teman sekerjaku. Proyek itu melibatkan petani di tiga desa di kaki gunung Halimun di wilayah administrasi Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Tulisanku tak kunjung selesai.

Padahal aku sudah melengkapi diri dengan notes kecil untuk merekam kunjungan lapangan yang aku ikuti hari Senin lalu (1/6). Menulis beberapa informasi yang aku peroleh dari mereka yang aku wawancarai sekilas. Setiba di kantor keesokan harinya, aku masih merasa perlu ngajak ngobrol Denta, Arif, Iwan, dan Lia – tim peneliti yang mengajakku ke Nanggung. Tersedia pula beberapa poster informasi tentang proyek penelitian tersebut. Keterlibatan mereka dalah bentuk kontribusi World Agroforestry Centre, tempatku bekerja, pada kegiatan penelitian yang dikomandoi Institut Pertanian Bogor dalam Proyek SANREM (Sustainable Agriculture and Natural Resource Management) atas dukungan USAID (United States Agency for International Development).

Pintu ruang kerjaku aku buka setengah saja untuk mengurangi longokan kepala temen temen kerja yang kebetulan lewat. Satu longokan akan berbuah satu dua sahutan yang dapat membuyarkan ide tulisan. Keempat poster aku gelar semua. Dua di dinding dan satu di atas meja, dan satu lagi di lantai. Tulisan yang aku rencanakan hanya satu halaman ini begitu mengganggu. Tak segera selesai. Rasanya jalinan ide yang ingin dituangkan gak kunjung beres pula susunannya. Paragraf satu dengan yang lain gak nyambung. Malu rasanya tidak segera selesai. Udah ditunggu! Juga sempat terbawa pikiran ketika nyetir pulang kerja. Masuk ke mimpi dan mengganggu ketenangan ngopi. Bikin pening saja.

Hari ini hari keempat. Pagi tadi aku bertekad, apapun yang terjadi tulisan harus tuntas. Aku tidak mau akhir pekanku terganggu. Lepas tengah hari, beres. Setelah aku konsultasikan dengan seorang teman pembaca setiaku, aku segera kirim ke para sobat peneliti untuk minta review. Bola sudah aku lepaskan. Aku merasa bebas, tinggal menunggu kritik dan saran dari mereka, lalu edit dan terbitkan (rencana dalam Bogor the Tales – media internal kami atau kalau bisa Jurnal Bogor). Aku merasa senang. Dan tiba tiba aku punya ide menulis di blog. Tak disangka pula, dalam hitungan menit, paragraf ke empat sudah hampir selesai. Begitu cepat. Aku heran.

Sebelum memulai tulisan ini, aku ketemu temanku Lia di koridor. Berbicara dengan Lia selalu memberikan inspirasi. Gak tahu mengapa, tetapi aku perhatikan ide-ide serasa bermunculan di kepalaku bila ngobrol sama Lia. Ngobrol apa saja .. lama ataupun sekedar satu dua menit. Apakah karena ngobrol itu lantas aku punya ide menulis ini? Bisa jadi itu benar. Karena ketika ngobrol dengan Lia, sebuah outline tulisan segera terbentuk di kepalaku dan inilah hasilnya. Aku merasa perlu menulis suka duka menulis. Tepatnya keluh kesah tentang kesulitan yang aku alami ketika mencoba merangkai ide-ide yang aku kumpulkan dalam perjalanan ke Nanggung. Nah kawan semua, aku punya beberapa tips untuk menulis:

1. Fikirkan calon pembacamu: ketika aku menulis, sayang sekali, aku tidak tahu siapa yang akan menjadi pembaca tulisan itu. Aku kebayang Jurnal Bogor – pembacanya jelas orang orang Bogor dan sekitarnya. Lalu aku kebayang Bogor the Tales – pembacanya staf kantorku di Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, dan Indonesia. Ataukan tulisan itu akan aku post ke website resmi kantorku? Ataukah cukup sebagai sebuah laporan perjalanan untuk memenuhi tanggung jawab moral karena diikutsertakan dalam rombongan ke Nanggung? Kebingungan semacam itu yang menghambatku kerja. Pelajaran: ketahuilah siapa yang akan membaca tulisan anda sebelum memulai menulis.

2. Pahami tujuan atau maksud tulisan: ada dua ide yang muncul ketika menulis cerita perjalanan Nanggung. Cerita tentang proyek penelitian ataukah kegiatan petani di sana. Aku tidak fokus ke salah satu dari kedua ide itu. Seorang teman lalu menyarankan beberapa perubahan sehingga kedua ide tersebut – syukurnya – bisa dikombinasikan. Pelajaran: ingat apa fokus tulisan.

3. Lepaskan beban: ini penting karena dalam kasus aku menulis, aku membebani diri dengan keinginan untuk menciptakan suatu tulisan berkelas yang akan membuat orang berdecak kagum.. walah … ketimbang bikin tulisan terwujud, jadinya malah 4 hari. Udah gitu … tidak layak disebut sebagai masterpiece .. oh la la la Pelajaran: bebaskan diri dalam berkarya. Kerjakan saja dengan sebaik-baiknya. Entah karya tulisn akan menjadi luar biasa ataukah buasa biasa aja, serahkan pada sidang pembaca.

Udah ah … masih mo nulis sich .. rasanya lancar banget .. tapi Bogor keburu ujan .. siap siap pulang dulu ya … daag ..(kayak maen YM ama temen).

3 comments:

cyn said...

wow... keren!
mau dong dikenalin sama lia kekekekekeke

Aunul Fauzi said...

lia ada deket pak jim - you should know her

Anonymous said...

ekekekkkekekk...mau juga dunk dikenalin...