Saturday 21 June 2008

The Magic of Sepak Bola

Ketika tim sepakbola Belanda berhasil lolos ke babak Perempat Final Euro 2008, komentator pertandingan yang bertugas ketika itu bersorak, “One of the many ways to put yourself in the quarter final is doing it in style.”

Dari nada suaranya, jelas sang komentator sangat suka cita. Bukan karena menjagokan Belanda, komentator dilarang memihak, tetapi karena sangat terhibur dengan permainan yang ditunjukkan para pemain muda tim Negeri Kincir Angin.

Edwin van der Saar memimpin teman-temannya menghancurkan finalis World Cup 2006 Perancis 3-1 pada pertandingan kedua penyisihan Grup C. Sebelumnya tim Oranye juga mempermalukan pemegang tropi paling bergengsi sepakbola sejagad Italia 3 gol tak terbalaskan. Belanda melengkapi keberhasilan tampil sebagai juara grup dengan menggasak Romania 2-0.

Doing it in style adalah ungkapan yang sangat tepat menggambarkan keindahan gaya total football tim asuhan sang maestro Marco van Basten. Keindahan adalah perpaduan gerak terampil individu menggocek bola serta kekompakan tim menyusun serangan dan merapatkan pertahanan. Hampir tidak ada operan salah. Pemain sayap dan pemain tengah sama-sama membahayakan. Setiap sepak pojok adalah saat mendebarkan bagi tim lawan. Umpan tarik selalu berpotensi gol. Dalam hampir 90 menit masa pertandingan, para pemain Belanda tak kenal lelah mengisi setiap ruang kosong lapangan pertandingan. In style adalah bermain efektif dan efisien. In style adalah ungkapan yang menggambarkan kejelian pelatih menentukan strategi dan kejeniusan pemain membuat keputusan cepat dan akurat kapan harus menahan atau melepaskan bola. Seorang Ruud van Nistelrooy adalah jenius. Begitu pula Arjen Robben, Robin van Persie, Dirk Kuyt, Giovanni van Bronchorst, dan pemain lainnya.

Ketika Wesley Sneijder melesakkan gol dari sudut sempit ke gawang Perancis yang dijaga Coupet yang malang, sebuah gol yang ditembakkan dari sudut yang dikenal dengan sebutan sudut mustahil, komentator tidak lupa mengingatkan penonton, “The skill, only van Basten can show.” Sang komentator membawa penonton menerawang masa ketika van Basten muda membius publik dengan gol ajaibnya, juga dari sudut yang hampir mustahil, membawa Belanda juara Eropa tahun 1988.

Para penggemar bola sangat menyukai keindahan seperti itu. Keindahan yang setara dengan keindahan-keindahan yang lain. Tuhan Maha Kuasa menghadirkan kebahagiaan di hati mereka.

Hati mereka juga dipermainkan oleh hal yang dipercaya hanya milik Tuhan. Takdir. Pertandingan baru bisa dikatakan selesai hanya ketika wasit telah meniup pluit panjang. Sebelum itu, walapun hanya sekedar 2 detik, pertandingan masih belum bisa dianggap usai. Pemenang pertandingan belum ditentukan.

Menjelang subuh dini hari tadi, Tuhan kembali menyadarkan manusia akan takdir. Takdir menentukan nasib Turki untuk lolos ke babak Semi Final Euro 2008 untuk yang pertama kalinya hanya 2 detik sebelum wasit meniup pluit mengakhiri pertandingan.

Setelah bermain 2 X 45 menit tanpa gol, pemenang pertandingan perempat final Turki melawan Kroasia harus ditentukan lewat penambahan waktu 2 X 15 menit. Tidak ada yang terjadi pada 15 menit pertama. Kedudukan imbang 0-0 juga bertahan sampai menit ke 29 babak tambahan kedua.

Ketika semua orang menduga pertandingan akan segera berakhir dan pemenang harus ditentukan lewat adu finalti, Ivan Klasnic, pemain pengganti yang dimasukkan pelatih Kroasia Slaven Bilic membuat kejutan. Tandukan kepalanya membobol gawang Rustu Recber pada pertengahan menit ke 29. Stadion Ernst Happel di kota Wina meledak. Suporter Kroasia bersorak gembira. Pendukung Turki menunduk lesu, bertanya dalam hati apa salah kami? Turki is over! Kata komentator pertandingan. Apa yang dapat dilakukan Turki dalam 1 menit tambahan waktu?

Satu menit bukan waktu yang panjang. Satu menit hanyalah 60 detik. Ada banyak orang di dunia ini yang sanggup menahan nafas bahkan lebih dari 60 detik. Hanya satu menit. Kadang tak berarti.

Tetapi dini hari tadi, 60 detik adalah waktu yang sangat bermakna bagi rakyat Turki. Juga bagi para warga negara keturunan Turki di berbagai negara di seluruh dunia yang kadang lebih militan menggilai bola. Pada dua detik terakhir sisa pertandingan, secara tak terduga penyerang Turki Semih Senturk berhasil memanfaatkan celah sempit menendang bola ke arah gawang Kroasia. Bola melesat deras, menyentuh kaki kanan salah satu pemain belakang Kroasia yang mencoba menghalangi, membelokkan luncuran bola ke arah kanan gawang, menipu kiper Stipe Pelitikosa yang sudah terlanjur melempar badan ke arah kiri, gooooooooool.

Untuk sesaat, tidak ada yang percaya dengan apa yang terjadi. Siapa yang dapat menduga Turki bisa menyamakan kedudukan menjadi 1-1 hanya dalam waktu kurang dari 1 menit? Waktu itu, logika berpihak pada Krosia. Waktu tinggal 1 menit. Cukup kerahkan semua pemain mempertahankan gawang. Lambatkan tempo permainan dengan memasukkan pemain pengganti. Slaven Bilic berusaha melakukan hal ini tapi tidak digubris wasit. Hanya dalam 1 menit keadaan berbalik.

Gol itu membuat stadion Ernst Happel bergemuruh sekali lagi. Kali ini gemuruhnya lebih membahana. Pelatih Fatih Terim berjingkrak kegirangan. Slaven Bilic tertunduk lesu. Mimpi apa dia semalam. Pendukung Kroasia memandang dengan tatapan kosong. Tak percaya. Mereka baru saja terkena sentuhan sihir takdir. Tuhan membuat keputusan tak terduga. Hanya beberapa detik menjelang pertandingan berakhir, tiket semi final yang sudah ada di tangan terampas begitu saja. Hampa.

Wasit meniup peluit panjang. Pemenang harus ditentukan lewat adu finalti. Seperti yang dicatat sejarah subuh dini hari tadi, Turki lolos setelah 3 algojo Kroasia gagal menuntaskan tugas dari titik putih yang hanya berjarak 10 meter dari garis awang.

Harapan akan keindahan dan keajaiban. Itulah yang sering membuat penonton bola bertahan tak tidur untuk menunggu waktu pertandingan sepakbola tim kesukaan mereka. Memiliki harapan adalah sikap optimis. Berdoa takdir akan berpihak adalah kesadaran bahwa manusia tunduk di hadapan sang empunya takdir. Penggemar sepakbola memiliki dua sikap ini. Menarik untuk mengetahui apa pengaruh hal ini bagi kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang berminat mencari tahu?

3 comments:

cyn said...

Goooooooooooo Netherlands!

Faktor kejutan itu yang bikin sepak bola, khususnya EURO 2008 layang ditunggu, ditonton dan dikomentari

walau dateng ngantor dengan mata sayu, tetep maxa nonton EURO kekekekeke

Anonymous said...

tulisannya ini oke deh pak! ditunggu ulasan finalnya yaaa!

Aunul Fauzi said...

cyn, sayang sekali keindahan itu tidak ada lagig. kemaren aku merasa buru buru posting tulisan ini, karena takut momentumnya rusak karena kekahalan belanda ama rusia.

belanda .. sayang sekali memang, tapi yang tampil lebih baik yang berhak melaju.

dinda, ulasan final? ntar di kurusu aja ya .. he he .. aku pegang spanyol, semoga aku gak kecewa ntar malam