Monday 16 June 2008

Afrika (5) SQ Juga Bisa Salah

Aku menyodorkan tiket dengan tenang kepada petugas security bandara. Drama taksi sudah aku lupakan. Faktanya aku tiba tepat waktu. Sekarang waktunya siap bila bagasiku diaduk-aduk petugas mencari barang yang tidak boleh dibawa masuk ke pesawat atau dianggap kelebihan bagasi. Aku juga membawa titipan teman yang lumayan berat.

Lancar. Semua tanpa halangan. Kuamati ruang check in penerbangan internasional yang nampak lebih bersih dibanding penerbangan domestik. Beberapa penumpang duduk membaca buku di korsi-korsi yang tersedia dipojok dekat jalan ke toilet dan musholla. Beberapa dari mereka sibuk dengan telpon genggamnya, menulis SMS. Konter bank yang menerima pembayaran fiskal tampak santai menunggu calon penumpang menyerahkan duit 1 juta rupiah per kepala. Aku tak tahu mengapa bank-bank itu tertarik membuka konter dengan aktifitas terbatas – sekedar menampung duit pembayaran fiskal para penumpang. Mungkin mereka mendapat komisi sekian persen dari setiap duit yang diterima.

Seorang petugas security berdiri santai tak jauh dari konter check in SQ. Aku mendekatinya dan bertanya, jam berapa check in tutup. “Biasanya SQ baru menutup konter check in 45 menit sebelum boarding,” jawabnya dengan senyum. “Haaaaah,” teriakku dalam hati. “Kalau tahu begitu, mengapa aku harus sport jantung di taksi? Ah … salahku sendiri yang tidak berpengalaman tentang penerbangan internasional.”

Kuterima SMS dari Widya dan Budhi – dua teman dari CIFOR yang juga akan ke Addis Ababa. Mereka bilang mobil yang mereka tumpangi masih di Slipi. Kena macet. Aku tersenyum dalam hati. Kujawab suruh mereka sabar, karena SQ akan menunggu mereka. Masih banyak waktu sebelum check in tutup.

Tidak ada ketergesaan lagi. Aku sempat sholat di musholla sebelum menemui Widya dan Budhy yang sudah melewati pemeriksaan sekuriti.

Kami segera antri di konter SQ, menunggu dengan sabar sambil mengamati kecekatan petugas menimbang dan memberi label bagasi penumpang. Tiba giliran kami, Widya serahkan tiket kami kepada petugas. Sejurus kemudian, nampak petugas tersebut mengangkat telpon dan berbincang serius dengan seseorang di ujung sana. “Masalah apa lagi yang menungguku?” gumanku dalam hati sambil terus berusaha tenang.

Petugas perempuan itu menutup telpon dan menyampaikan kepada kami kalau pesawat SQ yang akan membawa kami ke dari Jakarta ke Singapore akan terlambat mendarat. Dia khawatir, kalau kami menunggu pesawat itu, kami akan ketinggalan pesawat SQ lainnya yang akan membawa kami dari Singapore ke Bangkok. Ah ada ada saja, fikirku. Ini berarti kami harus menggunakan pesawat lain yang bisa mendaratkan kami tepat waktu di Changi sehingga kami memiliki cukup waktu untuk naik ke pesawat yang akan ke Bangkok.

Seorang petugas SQ lainnya datang dan mengajak kami ke konter check in Garuda Indonesia yang ada di ujung ruangan. Seorang lagi membantu mengangkat bagasi kami. Garuda sudah siap boarding. Untung masih ada kursi kosong. Kami check in dan setelah membayar fiskal kami ikut boarding. Diam-siam aku bertanya dalam hati, apakah yang seperti ini manfaat Garuda, menerima limpahan penumpang dari maskapai penerbangan lain? Ah semoga salah. Ngomong-ngomong tentang salah, setelah kejadian ini aku jadi tahu ternyata SQ tidak selalu sempurna.

No comments: