Monday 16 June 2008

Afrika (1) Prolog

Afrika berbeda dari apa yang kukira sebelumnya. Perjalanan 2 minggu ke Addis Ababa (Ethiopia) dan Nairobi (Kenya) pada bulan April lalu setidaknya mengajariku untuk berhati-hati dengan informasi yang aku dengar tentang orang, tempat, atau peristiwa. Lagu terkenal Iwan Fals “Ethiopia” dan kisah-kisah Bob Geldoff membantu penduduk Afrika pada tahun 80an telah membentuk opini tertentu tentang manusia dan alam di belahan dunia yang terkenal dengan sebutan “benua hitam” itu. Dan seperti dalam perjalananku kali ini, ternyata hitam bukanlah satu-satunya warna di sana.

Aku berkali-kali berujar kepada beberapa orang yang pertama-tama aku jumpai di Addis Ababa dan Nairobi bahwa aku merasa seperti di Indonesia saja. “I feel at home! I am surprised myself,” aku bilang begitu pada sopir yang menjemput pada pagi tanggal 13 April di Bole International Airport Addis Ababa. Sopir ini sangat fasih berujar “apa kabar” dan satu dua sapaan lain dalam Bahasa Indonesia karena sempat belajar pada teman satu kostnya – seorang TKI asal Indonesia – ketika mereka bersama-sama mengadu nasib di negara petro dolar Arab Saudi.

Aku juga katakan hal yang sama kepada seorang petugas security kantor ILRI (International Livestock Research Institute) Addis Ababa ketika pertama kali menjejakkan kaki di kantor pusat penelitian ternak tersebut. Ada nuansa bersahabat, perasaan diterima, rasa aman dan nyaman yang sama, persis seperti yang aku rasakan di rumah sendiri di Indonesia. Terus terang, sebelumnya aku tidak menduga akan menemukan keramahan seperti itu di sana. Ketika Edwin, sopir the World Agroforestry Centre, mengantarku keliling Nairobi untuk pertama kalinya, aku seperti sedang berjalan-jalan di sebuah kota yang sudah lama aku kenal.

Aku memang harus tetap memperhatikan cerita tentang pemerasan atau perampokan yang dialami beberapa teman yang berkunjung ke Nairobi, terutama sebelum berakhirnya perseteruan politik pasca pemilihan presiden Kenya yang sempat menimbulkan kekhawatiran terjadinya pembersihan etnis. Tetapi informasi semacam itu tidak seharusnya aku biarkan membuat telingaku tuli dari mendengar berbagai cerita positif. Tak selayaknya aku biarkan mataku tertutup atas kemungkinan munculnya warna-warna selain hitam.

Tulisan ini adalah sebuah cerita perjalanan, rekaman singkat pengalaman pribadi melihat dan meresapi berbagai kejadian sepanjang perjalanan. Ditulis bertahap sebagai satu seri tetapi dengan topik berbeda-beda. Semoga menarik dan bermanfaat bagi pembaca.

Beberapa judul yang belum ditulis:

Changi dan Swarnabhumi
Ethiopean Airlines
Pagi di Addis Ababa
Kampus ILRI
Pelatihan Media
Ke Debra Zeit
Korsi Bradd Pitt
Sheraton Addis Ababa
Toko Supermie
Ratu Sheba = Ratu Balqis
Katolik Orthodox dan Masjid
Istana Presiden
Belanja Oleh-oleh
Anak tertua di Museum Nasional
Ke Nairobi
Benua Hitam dari Udara
Pengeboman di Nairobi
Jacaranda Hotel
World Agroforestry Centre
Hotel dan Kantor PP
Teman-teman Kantor
Village Market
Keinginan yang Tertunda
Kenyatta to Bole
Changi dan Jakarta
Dll.

3 comments:

cyn said...

wow... produktif banget au!
keep on writing ;-)

Aunul Fauzi said...

More than a year after I made the promise, to write more! but failed!

But aku gak mau putus asa dech. Ntar kalao sudah senggang, gak keribet ama semua rutinitas di sini, aku akan cuba mulai nulis ... nulis yang bener-bener tulisan .. bukan sekedar curhat kayak yang sekarang-sekarang ini

Aunul Fauzi said...

It is now already 2 years ago. Ha ha ha. Akankah aku bisa mengais ingatan untuk bisa menuliskannya seperti janjiku? One day .. I know I can ...