Wednesday 6 July 2016

Laporan Mudik Keluarga 2016

Senin 4 Juli 2016. Seperti yang direncanakan sebelumnya, kami bertiga (Bpk, Ifa, Aya) berangkat dari rumah Semarang. Tujuan: mudik ke Surabaya.

Memang sih, molor 17 menit dari rencana pas jam 8 pagi sudah harus berangkat. Tetapi itu dapat dimaafkan mengingat ide melakukan persiapan semalam sebelumnya tak kesampaian. Ifa dan Aya sibuk mainan HP semenara Bpk ada kerjaan menyelesaikan terjemahan teks pesanan Ibu Naning (yang masih dan sudah di Surabaya) dan juga tentunya nonton bola Islandia versus Perancis.

Untungnya pertandingan perempat final Euro 2016 ini berakhir antiklimaks buat Islandia (kebobolan 4 gol di babak pertama) yang karenanya Bpk jadi ngantuk dan putuskan tidur saja buat hemat energi nyetir ke Surabaya.

Semalam Bpk suruh Aya dan Ifa sahur jam 2 pagi. Supaya tidur cukup dan bisa bangun pagi sehingga ada waktu menyiapkan pakaian yang akan dipakai selama di Surabaya dan beresin rumah sebelum ditinggal lama. Kan gak nyaman ninggalin rumah dalam keadaan kotor.

Setelah pasang nomor polisi Zafira yang 2 hari lalu lepas (lemnya sudah tak kuat - untung gak lepas saat di jalan raya), Bpk lanjutkan beres-beres dengan cuci piring, bersihkan dapur, dan buang sampah.

Sebenarnya Aya yang kebagian tugas nyuci piring. Tetapi dia cuci yang mudah saja. Nyuci panci dan wajan berminyak diambil alih Bpk. Ifa kebagian nyapu.

Setelah semua tas dan bantal dimasukkan ke Zafira, perjalanan dimulai dengan bismillah. Ada rasa cemas menghantui karena satu indikator Zafira (tanda bintang di dalam kotak) menyala setelah perbaikan AC bila hari (ganti kondensor dan bersihkan filter udara, habis 1.45 juta di Farros Karangrejo - Mas Yanto).

Itu sebenarnya tak seberapa mengkhawatirkan karena dua hari terakhir mobil ditest Bpk keluar (sekalian antar Ifa dan temannya Azki bawain bingkisan lebaran ke beberapa mantan guru SMP mereka), mobil tak ada masalah.

Yang lebih bikin deg-degan adalah munculnya suara seperti karet mendengung akibat kepepet (barangkali tali kipas yang perputarannya kurang sempurna karena puli tensioner dan laher dinamo amper sudah goyang menurut analisis Bengkel Adi dan Bengkel Andi langganan).

Singkat cerita, Zafira mulai meluncur santai. Jalur yang diambil adalah Mulawarman, Sigar Bencah, Kedungmundu, Majapahit, Arteri Soekarno Hatta, Wolter Monginsidi terusss menuju pertigaan pantura di Genuk. Jalan ini diambil berdasarkan saran Mas Adi pemilik Bengkel Adi yang semalam Bpk telpon. Mas Adi buka bengkel di Soekarno Hatta dan mestinya paham berita banjir rob Kaligawe yang membuat Jalan Citarum tak bisa dilalui dan juga mestinya cukup updated tentang rob depan Terminal Terboyo.

Benar. Perjalanan lancar sampai pertigaan Genuk. Aya sempat komentar tentang keramaian pasar sebelum pertigaan Genuk terutama tentang banyaknya ayam yang sedang diperjualbelikan menjelang Hari Lebaran (Rabu 6 Juli).

Zafira meluncur nyaman. AC dingin. Alhamdulillah. Setelah lama didera penyakit AC, baru kali ini Zafira terasa enaaaaak sekali. Maka nikmat manakah yang kamu dustakan? hehehe.

Aya duduk depan berpelukan bantal guling. Ifa tiduran di jok tengah mainan HP. Jok belakang dilipat buat barang bawaan.

Semua aman terkendali. Demak lewat. Kami ambil linkar luar. Kudus lancar. Ambil lingkar luar juga. Jalanan relatif sepi. Kendaraan berat truk dan sejenisnya sudah tak boleh lewat jalur pantura untuk memberi keleluasaan bagi pemudik. Dan memang akhirnya Pati, Juwana, Kaliori, Rembang, Lasem, semua dilewati dengan leluasa. Dan Zafira sehaat. Dua kali muncul suara mendengung pendek, tetapi oleh Bpk kopling ditekan kejut, dengung hilang sendiri. Barangkali tali kpias yang bikin mendengung berubah posisi.

Selepas Lasem, Bpk berhenti karena papasan dengan teman Blazer Indonesia Club - Om Joets Hartono yang kebetulan keluar rumah (beliyo tinggal di Lasem) buat perbaiki knalpot mobil blazernya. Tukang bengkel tutup. Om Joets kecewa. Bpk minta difoto dengan pose berdiri belakang Zafira. Buat dishare Om Joets di grup WA. Hehehe. Kami pamitan.

Zafira tancap gas. Kali ini dibawa Bpk agak kencang. Bpk bilang nampaknya kondisi Zafira tidak seperti yang dikhawatirkan. Jadi bisa diajak lebih ngebut sekitar 80-100 kpj. Gapura perbatasan Jateng Jatim dilewati dengan aman. Bpk ikut ngebut di belakang bis. Ngetutke bis, itu bahasa Jawanya. Bpk suka dengan teknik konvoi seperti ini karena bis diibaratkan sebagai poor ridjers - pembuka dan pengaman jalan. Zafira cukup konsentrasi jaga jarak dengan bokong bis. Jalan depan tak perlu dihiraukan. Aman sepanjang bisa dimasuki bis.

Sesaat sebelum masuk Tuban, bus berhenti. Bab ngetutke bis langsung tamat. Bpk lanjut memacu Zafira melintasi kota, ambil kanan lewat Babat, Lamongan, dan masuk tol Kebo Mas. Sekitar sejam kemudian, Zafira sudah berada di Pom Bensin dekat Tugu Pahlawan Surabaya. Isi pertamax. Dihitung Bpk, konsumsi BBM sekitar .2 km per liter. Not bad walau masih bad. Hehehe.

Waktu mau distarter kembali, Zafira matot alias mati total. Karena sudah pernah alami yang sama, Bpk santai saja. Kipas mesin nyala sendiri. Berarti mesin kepanasan dan Zafira minta waktu. Bpk pakai waktu nunggu buat sholat Zuhur dan Ashar digabung jadi satu. Fasilitas bagi musafir.

Sehabis solat, seorang staf SPBU mendekati Bpk menyarankan untuk dorong mobil menepi dari jalur pengisian BBM. Bpk terpaksa tolak karena mesin Zafira otomatik tak bolah didorong sembarangan. Lagipula mesin Zafira tersayang sudah bisa hidup lagi. Horeee .. Zafira segera meluncur riang dan santai menuju rumah Pucang.

Mudik Surabaya artinya pulang ke rumah peninggalan Mbah Kakung dan Eyang Uti di kawasan Pasar Pucang - Kertajaya - Gubeng. Mereka sudah lama tak ada. Yang tinggal di rumah Pucang adalah Bude Ninia, Pak De Banyo, dan Bude Titia plus Al(fonso). Berempat saja. Sehari-hari Bude Titia dibantu Ibu (seorang tetangga jauh) mengurus rumah. Ar(fonso), adiknya Al(fonso), bersama orangtuanya (Bapak Dana dan Ibu Novi) sekarang tak lagi tinggal di sini. Mereka di Rumah Mama (mertua Bapak Dana). Mbak Lita, sudah nikah dan barusan punya anak Mea-Mea, sekarang tinggal di Bekasi. Sementara anak terkecil keluarga Pakde Banyo yaitu MeMe, tinggal di rumah Depok menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum - Universitas Indonesia. Lebaran tahun ini, Mama Ninia, Pakde Banyo, dan Al(fonso) 'mudik' ke Rumah Depok, naik kereta dari Surabaya sampai Semarang, disambung pakai Chevy Blazer ke Jakarta. Jadilah lebaran 6 Juli 2016 semua pisah-pisah. Seperti itu ceritanya.

Tadi pagi, yang lebaran di Rumah Pucang melakukan sholat Ied Fitri di Taman Surya - halaman depan Balaikota Surabaya. Bpk bilang, sudah bosen sholat ied di jalan aspal depan Makam Ngagel dan pingin suasana lain.

Oleh Ibu Naning, semua disuruh siap-siap berangkat jam 5 pagi karena menurut informasi, sholat Ied di Taman Surya mulai jam 6 tepat. Yang berangkat Ibu Naning, Bpk, Ifa, Aya, dan Titia. Rumah kosong. Dikunci dari luar saja.

Dan benar. Tepat jam 6 sholat Ied dimulai. Khutbahnya tak begitu menyentuh. Isinya isu awang-awang. Ada juga beberapa yang menarik. Tapi agaknya gagal bikin jamaah bilang WOOWWW.

Setelah itu, rombongan ke Taman Makam Pahlawan di Jalan Mayjen Sungkono karena sebagai veteran AL, Mbah Kakung dimakamkan di sana.

Ibu Naning dan Titia menyempatkan menikmati Semanggi - semacam pecel khas Surabaya sebelum masuk ke makam buat berdoa. Aya pesen bakso tetapi nampaknya tak dimakan. Bpk ke ujung lain parkiran makam mau pesan lontong balap. Tetapi karena bosan nunggu, pesanan dibatalkan. Ada Bapak Dana dan Ibu Novi datang ke Makam pakai motor membawa Ar(fons) dan adiknya baru lahir Azka. Mereka pakai helm GOJEK.

Setelah berdoa di pusara Mbah Kakung dipimpin Bpk dengan doa-doa yang dihafalnya (lupa bawa Buku Yasin), rombongan pulang. Sebelum istirahat, Bpk, Ibu Naning, dan Ninia sempatkan ke Makam Pucang menjenguk pusara Mbah Uti. OTW home, mampir di rumah Mbak Puri dan Mbak Endang, tetangga, sekaligus orang-orang terdekat keluarga Pucang.

Cerita sampai di sini saja. Bpk mau siap-siap ke Juanda. Mau pulang ke Lombok satu dua hari menjenguk Puk Tuan dan keluarga besar di sana. Sayang sekali, Ibu Naning, Ifa dan Aya tak bisa ikut. Duit ongkos tak ada .. hehehe. Tak apa. Insya Allah di lain kesempatan. Aamiin.

No comments: