Sunday 3 July 2016

Berita Macet. Tak Bisa Dipercaya.

Berita radio atau televisi tentang kemacetan lalu lintas selama mudik lebaran mungkin ada manfaat sedikit, ya .. sedikit .. hanya bagi pemudik yang bawa mobil pribadi, yang mobilnya punya radio, dan kebetulan memantau berita, dan berada di seputaran wilayah yang sedang diberitakan. Selebihnya berita semacam itu tak banyak berguna. Hanya bikin bising dan hati resah bagi yang memantau.

Terus menerus memantau Radio Elshinta pasti bikin pening kepala bukan? Posisi kendaraan sedang terjebak di Tol Cipali, tetapi berita yang muncul adalah tentang halangan rob bagi pemudik yang sedang melintas di Semarang. Tak relevan. Paling dekat, berita yang bisa didengar adalah tentang kemacetan di Ketanggungan, jalaur ke arah Purwokerto.

Tetapi apakah itu bermanfaat bagi sang pengemudi mobil, yang lalu akan bertindak cepat membuat keputusan manuver balik arah atau cari jalur lain?

Kayaknya gak deh. Soalnya yang namanya macet sama dengan mobil tak bisa bergerak sama sekali. Mana bisa putar balik? Emang odong-odong? wkwkw.

Informasi jalan paling mutakhir yang bisa mereka peroleh adalah dari para penjual asongan pinggir jalan yang kadang (secara salah) diasumsikan sebagai orang setempat yang tahu informasi jalan.

Padahal, ini yang sering dilupakan pengemudi dalam kondisi kepepet macet, tak semua penjual asongan pernah punya pengalaman ke luar kota. Mungkin mereka pernah ke luar kota, tetapi pakai bis atau naik motor. Informasi bisa beda-beda. Penjual asongan (yang diandalkan) bahkan mungkin sama sekali buta dengan jalur alternatif yang ditanyakan, tapi sok pede dan ngawur kasi penjelasan.

Berita tentang kemacetan hanya bikin bising. Tak semua anak di dalam mobil suka berita. Mereka mungkin akan meminta cari gelombang radio yang setel musik. Bapak (misalnya) yang sedang mengemudi merasa perlu memantau berita. Anak-anak pingin tenang. Bertengkar deh jadinya. Hahaha.

Bagaimana halnya dengan pemudik motor?

Sering kita dengar di radio, reporter berita meminta pejabat yang sedang diwawancarai untuk memberikan himbauan (yang basi) kepada para pemudik. Isinya begini kira-kira: bagi pemudik motor, hati-hati di jalan. Hindari jalan ini dan itu. Istirahat bila ngantuk, bla bla bla.

Apa pemudik motor bisa dengar suara mereka? Apa pemudik motor bisa mengambil manfaat dari himbauan atau berita seperti itu? Apakah mereka bawa radio transistor? Naik motor sambil dengar radio? Pakai headset? Kayaknya gak deh.

Pemudik motor bisanya cuma pasrah bila ketemu macet, lalu mengikuti insting apakah balik arah atau ikut rombongan lain melanjutkan perjalanan tanpa kepastian apakah di depan lancar, atau memilih berteduh istirahat melemaskan otot badan yang kaku.

Berita mudik, tak ada manfaat bagi mereka. Kalaupun sempat memantau, misalnya lewat TV saat mampir di warung atau radio dari pengeras suara pom bensin (yang lebih malah seringnya putar dangdut koplo), berita yang mereka terima saat itu adalah tentang arus lalu lintas di Pekanbaru, lokasi berjarak 2000 KM dari posisi mereka di Brexit, misalnya. Mana ada gunanya.

Di rumah ... ketenangan rumah Simbah di Klaten diganggu berita terus menerus dari TV tentang macet, macet, dan macet di Cikunir, Exit Pejagan, Brebes Timur, Tegal, dll. Berita macet tak ada guna bagi Simbah sekeluarga. Memangnya mereka butuh berita lalu lintas? Iya ...ada juga sih manfaatnya .. itu akan membuat mereka bersyukur bukan menjadi bagian dari mereka yang sedang diberitakan di TV. Mereka bisa prihatin atau menertawakan (ada juga sih yang sikapnya begini) melihat penderitaan para pemudik yang lagi macet.

Berita macet TV atau radio bikin hati resah. Mendengar berita negatif hanya bikin jiwa tak tenang. Beda bukan kalau dengar kelenengan gamelan Jawa atau lagu streaming Calm Radio di TuneIn berisi musik country pilihan yang menenangkan?

Kalau mau berita macet atau pilihan alternatif jalan, yang paling bisa diandalkan adalah teman atau saudara yang kebetulan rumahnya berada di lokasi yang diduga macet atau ada halangan lalu linas.

Telpon mereka sebelum memutuskan jalur mana yang akan dilalui.

Kalau mengandalkan berita TV atau radio atau bahkan pantauan kepolisian, kayaknya efektifitasnya rendah deh. Soalnya, kadang berita sudah basi. Dan kita juga tahu, yang namanya jalanan, perubahan dapat terjadi begitu cepat. Jalan macet tiba-tiba lancar. Jalan lancar tiba-tiba macet. Tentu tanpa ada penjelasan.

Apakah kita bisa pastikan kru TV atau reporter radio atau polisi dapat segera ke lokasi untuk memantau dan memproduksi berita buat kita? Gak janji deh.

Catatan: Hal yang sama terjadi juga dengan berita online lho . .jangan kira informasi detik.com selalu anyar.

Terus gimana dong? Mari ikuti berita macet di radio atau TV dengan santai. Baca berita online buat seneng-seneng. Buat sekedar tahu saja. Bukan sebagai pertimbangan membuat keputusan merencanakan jalur mudik.

Selebihnya, bismillah, mari jalan.

Macet? Nikmati saja. Asal tak lupa bawa persiapan pampers ekxtra, bensin jirigen isi 100 liter, makanan ringan dan berat, air dua galon, dan mungkin portabel closet atau terpal buat bikin tebeng bila pingin pipis. Hahaha.

Selamat Mudik. Selamat Menikmati Macet. Selamat Lebaran. Mohon Maaf Lahir Batin.

No comments: