Saturday 13 September 2008

Joglo Samiaji – Kopi

Pak Bowo, pengelola penginapan Joglo Samiaji, sedang menyiapkan kuitansi pembayaran biaya menginapku 4 malam. Hari itu aku akan balik ke Jakarta.

“Jangan lupa masukkan kopi-kopi yang saya pesan,” kataku. “Kopinya enak, saya suka.” Aku merasa perlu memberikan pujian, karena memang kopinya enak.

“Oh .. itu nggak usah saja, itu bagian dari servis,” timpal Pak Bowo.

Seakan tak percaya, aku bertanya, “Loh, kok gak usah?” Dengan cepat aku menghitung dalam hati: menginap 4 malam, pesan kopi 8 kali. Mestinya aku kena biaya sekurangnya Rp. 32.000 kalau harga kopi Rp. 1.000 per gelas. Aku punya 6 teman lain yang masih menginap sampai beberapa malam ke depan. Aku tahu mereka juga pesan kopi atau teh manis. Kalau masing-masing ‘digratiskan’ sekurangnya Rp. 32.000, berarti Pak Bowo sedang melepaskan potensi pemasukan sebesar Rp. 224.000 bagi penginapannya. Bukan jumlah yang sedikit untuk penginapan yang mematok harga kamar Rp. 60.000 per malam.

Tak menghiraukan protesku, Pak Bowo menyorongkan amplop berisi kuitansi biaya menginap. Aku tak punya pilihan selain membayar sejumlah yang tertera. Total Rp. 240.000. Tidak ada biaya kopi. “Matur nuwun,” kata Pak Bowo sambil berlalu ke ruangan di belakang mejanya. Sejurus kemudian ia kembali dengan 3 bungkus kopi di tangannya.

“Kalau mau, bawa saja satu. Kata orang yang paling enak yang ini, campuran Arabica dan Robusta,” kata Pak Bowo sambil menunjuk kemasan warna merah Kopi Singa buatan Gresik. Ada dua kemasan lain, warna hijau untuk kopi Robusta dan hitam untuk Arabica.

Aku menolak halus dan segera pamitan kembali ke kamar menyiapkan tas. Diam-diam aku mencatat nama swalayan kecil di samping UII di jalan Taman Siswa Yogyakarta yang disebut Pak Bowo tempatnya membeli kopi tersebut. Aku berjanji akan mampir ke sana untuk membeli beberapa bungkus kopi Singa.

Apakah servis kopi gratis menjadi daya tarik yang membuat tamu mampir lagi ke penginapan Pak Bowo? Baca Joglo Samiaji – Penginapan

No comments: