Wednesday 13 August 2008

Makna Kebangsaan

Pencerahan aku peroleh malam itu di Kelas Pantau IV, 12 Agustus 2008. Sudah lama aku menunggu kesempatan bertanya kepada seseorang tentang sesuatu yang kerap membuatku sesak karena jawaban yang tak kunjung aku peroleh. "Mengapa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang penuh dengan cerita korupsi, kemunafikan, saling sakiti, tidak peduli sesama, jahat, dan berbagai hal negatif lain?"

Di balik tawa gurau teman-teman sekelas mengomentari pertanyaan yang sedikit menyimpang dari diskusi kelas mengenai Pham Xuan An - wartawan sekaligus intel dari Vietnam, guru kami Andreas Harsono berkata singkat, "Justru saya tidak percaya kalau BANGSA Indonesia ada."

Aku terpana sejenak lalu tertawa terbahak menyadari arah ungkapan itu. Sambil menceritakan tulisan Benedict Anderson, Andreas Harsono menjelaskan, "Negara Indonesia memang ada, tetapi apakah kita sudah menjadi sebuah BANGSA, itu masih menjadi pertanyaan."

Makna kebangsaan mengacu pada sesuatu yang mendorong individu mewujudkan tujuan bersama, saling membantu dan tidak mementingkan diri-sendiri. Tindak korupsi adalah contoh perilaku individu atau suatu kelompok masyarakat yang tidak memiliki nilai kebangsaan. Yang ada adalah kepentingan perseorangan atau kelompok. Kebersamaan adalah sesuatu yang langka. Itulah (kira-kira) inti penjelasan Andreas Harsono menjawab pertanyaanku.

"Kebangsaan suatu bangsa baru dapat dilihat dalam suatu peperangan. Apakah mereka bisa bersatu untuk mengalahkan musuh bersama."

Aku jadi teringat kepanitiaan lomba dalam rangka 17 Agustus di tempat kerjaku. Dalam lingkup sempit itu, jangan-jangan panitia beserta seluruh staf yang tidak ikut dalam kepanitiaan, harus lebih menebalkan semangat kebangsaan supaya bisa bersama-sama mencapai tujuan kesuksesan penyelenggaraan acara.

Dalam suatu tim kerja, spirit kebangsaan yang sama juga perlu ditumbuhkan agar semua anggota dapat saling menghargai dan menikmati saat-saat bekerja dengan hati riang.

Aku tercenung sendiri, perlahan mulai memahami makna penting 'kebangsaan' untuk menjawab persoalaan (Bangsa) Indonesia saat ini.

Sebuah bahan renungan:

Benedict Anderson
Indonesian Nationalism Today and in the Future
http://www.newleftreview.org/?view=1989

In my experience, nationalism is frequently misunderstood. For that reason, I will begin my remarks by discussing briefly two common kinds of misunderstanding, using Indonesia as an example of a phenomenon almost universal in this century which is now crawling to its end. [*] The first is that nationalism is something very old and is inherited from, of course, ‘absolutely splendid ancestors’. Thus it is something that arises ‘naturally’ in the blood and flesh of each of us. In fact, nationalism is something rather new, and today is little more than two centuries old. The first Declaration of Independence, proclaimed in Philadelphia in 1776, said not a word about ‘ancestors’, indeed made no mention of Americans. Sukarno’s and Hatta’s Declaration of Independence on 17 August 1945, was essentially similar. By contrast, the mania for seeking ‘absolutely splendid ancestors’ typically gives rise to nonsense, and often very dangerous nonsense.

1 comment:

Anonymous said...

Mas terimakasih sudah berkunjung ke blog-ku. Ini tulisannya mengalir dengan enak.... bagus, Mas :) enjoy it.