Tuesday 11 March 2014

Kebelet 365 Kali dalam Setahun?

Belakangan, aku hanya menulis bila sedang merasa ada 'urgent feeling to write' yang mirip kebelet ke kamar mandi. Bila tekanan itu datang, aku akan segera duduk depan komputer, ngetik, beres. Tak butuh waktu lama. Setelah itu lega. Seperti juga aktifitas di kamar mandi, kalau sudah selesai ya selesai. Dipaksa keluar juga gak akan ada yang keluar.

Mengandalkan datangnya kebelet tentu bukan cara yang bagus untuk meningkatkan produktifitas menulis. Kalau kebelet kamar mandi, normalnya terjadi 1 kali dalam  24 jam. Dalam setahun ada sekitar 365 kali ke kamar mandi. Lumayan banyak kalau itu adalah judul tulisan.

Tetapi untuk kebelet menulis, ternyata faktor pemicunya kadang tak ada. Tak lagi sering bepergian. Atau hanya berkutat dengan hal-hal yang sudah pernah dilakukan. Tak ada yang baru. Tak ada topik baru. Tak membaca buku. Tak ketemu teman diskusi yang bisa menstimulir otak. Sibuk dengan hal-hal yang tak pakai otak. Walhasil kebelet dalam arti urgent feeling to write tadi tidaklah terjadi sesering kebelet ke kamar mandi. Ah.

Kejumudan. Itu kata yang sering dipakai untuk menggambarkan kemunduran berfikir. Aku mempersonifikasi kata JUMUD sebagai sesuatu yang mandeg, bergerak sangat lamban bahkan cenderung diam, buntu, dan itu-itu saja. Tak ada jalan keluar. Ia tak jumud hanya bila diledakkan. Ketika ledakan terjadi, kerangkeng kebuntuan fikiran menjadi seakan lepas. jadi ringan.

Aku butuh ledakan.

Meledakkan diri sendiri bisa dilakukan dengan melakukan hal-hal yang tak pernah dilakukan. Jalan-jalan ke tempat-tempat asing. Yang penting bergerak. Karena kejumudan adalah kondisi tak bergerak. Menghilangkannya tentu dengan bergerak, walau sekedar bergeser, ataupun beringsut.

Aku butuh bergerak. Bergeser, atau beringsut.

Yah .. inilah hasilnya. Tulisan tentang jumud jumud dan jumud. Sekedar menggerakkan jari.

(Teringat ketika kuliah dulu di Jogja, bila tak tahu mau menulis apa, aku akan tulis .. 'aku tak tahu apa yang bisa aku tulis, oleh karenanya aku menulis apa yang bisa aku tulis yaitu menulis tentang ketidakbisaanku menulis' .. begitu berulang ulang sampai 'ajaib-nya' tiba tiba muncul satu dua ide menulis yang kemudian aku bisa lanjutkan - bila mau).

Ah, mungkin otak juga butuh digoyang-goyang dikit. Semacam dipancing. Dengan pancingan yang paling membosankan sekalipun, dan ia akan sedikit beringsut, bergeser, bergerak dan lalu bergerak. Barnagkali yang kita perlukan adalah sedikit menyentilnya? Sentilan yang direspon dengan ingsutan lemah, permulaan dari semua gerakan besar?

Nah ... mari menulis apapun yang ingin jari ketikkan. Tak punya makna sekalipun, tak apalah. Asal beringsut. Dan yang penting 1 judul blog sudah selesai. Tak ada maknanya. Tak apa-apa. Alhamdulillah. :D

TAMBAHAN:
Apakah males menulis ini ada kaitannya dengan kesibukan kerja 'fisik' yang tak banyak memerlukan kontemplasi? Yang tak menyisakan kesempatan untuk merenung, menghayal, dan bermimpi? Bisa jadi ya. karena aku ingat ketika masih ikut kuliah kelas komunikasi - otak terstimulir dan kalau ada wahana menulis, pasti ada banyak yang tercipta .. Oh iya, in ipenting .. wahana adalah faktor kedua. Bila ada wahana yang friendly, mudah dipakai, tak bikin bingung, tulisan juga bakal mengalir. (Aku inget semasa kuliah komunikasi, aku ciptakan blog buat nulis pelajaran - lumayan produktif, tapi semenjak tak ada lagi kelas, berhenti total. Bener kan?) Bener .. kita butuh stimulir dan wahana ... ini penting .. catat!!

No comments: