Monday 26 May 2008

bayam, kangkung, dll

Telapak kakinya kokoh menapak tanah basah berlumpur. Urat-urat di sekujur punggung dan pergelangan kakinya tampak menonjol menopang kedua tungkainya yang hitam mengkilat. Dengan beban pikulan 2 ember besar berisi air untuk menyiram tanamam bayamnya yang baru berusia 5 hari, Pak Herman kadang kelihatan doyong menjaga keseimbangan tubuh meniti jalan setapak licin antara ledokan sumber air dan tanah garapannya. Setengah jam penuh ia habiskan untuk menyiram tanah kavling berukuran 20 X 25 meter di Perumaham Vila Santika Depok yang kini sudah berubah menjadi ladang sayur aneka macam.

Setahun lalu bidang tanah itu masih ditumbuhi ilalang setinggi orang dewasa. Pemilik kavling tidak segera membangun rumah setelah menyelesaikan akad jual beli dengan pengembang. Pak Herman, yang tinggal di kampung sebelah, mengajak saudaranya membabat ilalang, mengusir ular hitam mirip kobra yang banyak menghuni kawasan bekas rawa itu dan menjadikannya ladang sayur yang subur.

“Sebulan saya bisa kumpulkan Rp. 600.000 dari 4 bidang tanah yang saya olah,” jelas Pak Herman sambil menyulut rokok usai menyiram bayam. “Tidak sekaligus kayak orang gajian, tapi lumayan buat anak anak sekolah,” tambahnya ditengah kepulan asap rokok kretek merek tak terkenal. Bayam panen setelah 3 minggu. Begitu pula kangkung. Kemangi perlu waktu 5 minggu, tetapi bisa dipanen beberapa kali. Pak Herman tidak pernah mencoba menaman timun seperti temannya yang mengelola kavling di dekat kebon jati. “Repot rawatannya,” begitu kata Pak Herman.

Bertanam kangkung, bayam, dan kemangi sebenarnya juga sama repotnya. Setiap pagi tanaman harus disiram. Kalau cuaca panas, telat menyiram sehari berarti kematian bagi sebagian tanaman. Ini berarti daun tanaman akan menguning dan berakibat panen berkurang. Untuk tanah seluas 150 meter, diperlukan sekitar 20 ember besar atau 10 kali berjalan bolak balik dari kolam sejauh 30 meter dari bantaran tanaman, dengan memanggul ember besar berisi air. Hal yang sama lakukan Pak Herman mulai pukul 6 pagi sampai sekitar jam 8 diselingi beberapa kali istirahat merokok. “Udah biasa pak,” katanya, “Lama kelamaan juga jadi biasa.”

wah ... mo nulis apaan sich? kok rasanya gak ada focus ... lanjut ntar aja aaah :) -

1 comment:

kochysorta said...

tulis aja gan apa yang ada di benak mu , ga usah perduli dgn tata bahasa & EYD