Saturday 7 September 2013

Mimpiku Sebelum Tak Lagi Bisa Bermimpi (3)

Masih banyak yang aku mimpikan tentang rumah di tanah perdikan di bukit ini. Bagaimana dengan sistem dukungan perbekalan, transportasi dan keamanan?

Untuk perbekalan, Insya Alloh tak susah. Asal duit dicukupkan Yang Maha Kuasa, maka urusan beras dan teman-temannya tak akan masalah.

Tanah ini, di bagian bawah, berbatasan dengan sebuah kampung kecil. Ada puluhan rumah penduduk yang sudah lama menetap di sini. Pasti ada warung-warung kelontong.

Maju dikit, ada jalan lintas yang menghubungkan Lombok Timur dengan Lombok Utara. Jalan aspal hotmix yang sangat halus. Tak akan susah cari garam dan gula. Toh sudah ada singkong, ubi, dan pisang. Barangkali minyak kelapa tak perlu beli karena aku bisa bikin sendiri dari buah kelapa yang nantinya banyak tumbuh di dalam tanah perdikan.

Transportasi? Nah ini yang asyik. Aku memimpikan punya sekurangnya 2 mobil jenis jeep. Satu chevrolet blazer tentunya dan 1 pick up untuk angkut-angkut perbekalan. Chevrolet blazer sudah punya. Yang sekarang dipiara saja baik-baik biar nanti bisa menemani di dunia mimpi. Kalo masalah pick up, mudah. Ada duit bisa beli, yang seken sekalipun tak masalah.

Aku berfikir akan ada jalan tembus dari jalan hotmix langsung ke depan rumah. Turun naikkan penumpang dan barang jadi tak susah. Oh iya, tentu perlu garasi buat mobil-mobil ini. Ya, akan akan bangun garasi seadanya. Cukup buat melindungi dari terpaan sinar matahari yang memang terik di tempat ini.

Keamanan? Insya Alloh keamanan terbaik adalah kedekatan dengan tetangga. Aku pasti akan bergaul dengan mereka para tetanggaku dari kampung di bawah dan dari kampung-kampung lain di seputaran wilayah ini. Tapi sekurangnya aku perlu bangun semacam gerbang penanda tanah perdikan. Kayak di film-film barat itu lho .. ada gerbang dengan papan nama. Ah .. nama tempat ini belum aku pikirkan. Nanti saja belakangan kalau ada ilham muncul.

Seputaran tanah akan aku pagari dengan tananan hidup, pohon yang terus tumbuh sekalian jadi penghalang terpaan angin bila datang bertiup terlalu kencang. Sebelah tebing tak perlu repot karena selain tebingnya curam, semak belukar berduri yang banyak tumbuh di sana bisa jadi pengaman alamiah.

Jalan setapak penduduk di bawah yang akan ke hutan mungkin aku bangun di luar pagar, atau kalau gak, masuk halaman saja, melintas di dekat rumahku. Jadi kalau ada yang sedang lewat, kami bisa bertegur sapa. Buat mempererat silaturahmi. Ah indahnya. (TO BE CONTINUED)

No comments: