Friday 25 May 2012

Tak Ada Judul (beneran)

Jangan kira orang gila hanya bisa bilang ya kalau coba dibaikin. Beberapa kali pemberian (yang aku anggap baik) berupa makanan atau duit buat beli makanan mereka tolak mentah-mentah.

Kejadian paling baru adalah lebih sebulan lalu di sekitar Karangrejo - Banyumanik, Semarang. Seorang  laki-laki 'gila' berwajah datar tak berekspresi menolak duit yang aku kasi. Laki-laki itu berambut kemerahan, kruil-kruil dan kelihatan kotor. Dia  hanya mengenakan celana kolor warna coklat menghitam penuh debu - seperti lama tak pernah dicuci. Kulit punggung telanjangnya tampak belepotan pasir. Barangkali, dia tidur tak pakai alas. Di pinggir jalan, di sembarang tempat, dimana tubuhnya tak kuat lagi menahan kantuk.

Hampir saban pagi, ketika antar anak-anak sekolah, lelaki itu terlihat berjalan pelan, tengok kiri dan kanan  seperti sedang mencari sesuatu. Kadang aku (dan anak-anak) lihat dia baru kembali dari tong sampah dengan  bungkusan kresek hitam terbuka sambil mulut mengunyah. Jelas sekali, dia baru saja menemukan sisa makanan (buangan) untuk mengisi perut tipisnya. Dia pasti lapar.

Pagi itu, setelah drop anak-anak di sekolahnya, aku bertemu lelaki itu lagi. Aku lewati begitu saja, tapi kemudian berubah pikiran. Aku ingin memberinya duit, buat beli makanan. Aku ingat di saku masih ada duit. Ketimbang menyesal tak jadi memberi, aku segera balikkan motor. Ternyata, dia sudah menghilang, mungkin masuk salah satu gang. Perumahan di Banyumanik (daerah Merbau) penuh gang kecil pendek-pendek. Orang mudah menghilang tanpa jejak.

Teringat penyesalan karena pernah suatu ketika keinginan memberi tak kesampaian, aku cari dia. Beruntung, sosoknya segera terlihat, berjalan melewati sebuah tenda makanan dengan ibu penjual pecel dan aneka sarapan pagi. Pas banget. Dia dekat dengan warung. Aku hampiri si lelaki, kasi duit, dan membalikkan motor berniat pergi secepat mungkin.

Belum sampai motor berbalik arah, dudut mataku melihat si lelaki sudah berjalan ke arah warung. Aku bahagia. Ini berarti dia pingin beli makan. Begitu pikirku. Tetapi, dia nampak buru-buru dan hanya menyerahkan duit, dan pergi begitu saja. Duit diletakkan di pojok meja jualan. Si ibu penjual sampai bingung dan berusaha memanggil. Tak mempan. Si lelaki terus berjalan, tak menengok. Aku merasa tak enak. Cuma bisa bilang ke si ibu penjual, "Kasi dia makan," lalu kabur juga. Entah bagaimana nasib duit itu. Entah bagaimana pula nasib perut si lelaki 'penolak' pemberian itu. Tuhan Maha Adil. Pasti ada jalan baginya untuk menemukan kehidupan.

Kejadian lain adalah di depan ruko, seberang jalan Hotel Wahid, Salatiga - tempat aku menginap karena ada suatu acara, kalau tak salah awal 2012. Pagi-pagi aku meresapi nikmatnya terang mentari pagi dan udara dingin Kota Salatiga ditemani dua gelas teh hangat dan gorengan pisang. Aku puas-puasin minum dan makan gorengan, karena memang enaaak. Sarapan murah meriaah. Hehehe.

Ketika mau kembali ke hotel, aku lihat seorang perempuan 'gila' duduk di pembatas tengah jalan. Pembatas terbuat dari beton, kalau tak salah ingat, semacam pot kotak besar, ditanami bunga-bunga. Si perempuan duduk di salah satu celah. Aku hampiri dan aku kasi duit. Dia geleng dan tak mau menerima.

Karena kupikir dia perlu makanan, aku minta penjual gorengan untuk bungkus beberapa pisang goreng dan tempe. Aku angsurkan ke si perempuan. Dia tetap menolak dan bahkan beranjak pergi. Aku bingung. "Ya sudahlah," pikirku sambil kembali ke hotel.

Begitu ceritanya. Ternyata orang 'gila' tidak selalu mau menerima pemberian. Entah bagaimana mekanisme mereka melanjutkan hidup, aku tak pernah tahu. Yang jelas, untuk bertahan hidup, mereka perlu makan dan minum. Kepikiran juga sii. Tapi sekali lagi, Tuhan Maha Tahu apa yang mestinya Dia lakukan untuk makhluk ciptaanNya.

No comments: