Friday 25 May 2012

Curhat Tentang Jiwa Tak Senyum

Wajah adalah gambaran jiwa. Bila terlihat teduh, halus dan tenang, bisa dipastikan pemilik sang wajah adalah orang bahagia. Sebaliknya, bila terlihat lelah, muram, redup, bahkan bibir jarang senyum, maka mari kita doakan, semoga sang pemilik wajah suatu saat nanti akan bisa merasakan bahagia. Kasihan kalau terus menerus bermuram durja.

Catatan: Seseorang kelihatan bahagia bukan berarti tak pernah tak bahagia lho. Begitu pula yang berwajah tak bahagia, tak mesti 24 jam menderita. Ini adalah bicara tentang kecenderungan, frekuensi, dan mana yang dominan. Selama masih sebagai manusia di alam dunia, maka hidup selalu akan ditingkahi terang dan gelap. Itu adalah keniscayaan. Mana yang dominan, itulah yang aku sebut di atas, (dominan) bahagia dan (dominan) tak bahagia.

Mengapa aku tulis ini, karena aku merasakan sendiri wajahku sudah lama (dominan) mengeras. Merasa (dominan) kurang senyum. Mata nyalang karena kecemasan dan ketakutan. Merasa tak menentu oleh berbagai hal dalam hidup. Usaha yang belum lancar. Masalah finansial (baca: hutang kok yaaa nggak ada habisnyaaa). Perbuatan yang barangkali lebih banyak bersifat yang tak diridhoi Yang Kuasa. Takut mati tak siap. Berbagai janji yang belum bisa dipenuhi. Cemas akan apa yang akan terjadi. Dan masih banyak hal lain.

Memang benar, senyum riang dan tawa berderai tak jarang juga aku rasakan. Jiwa bebas lepas adalah warna dominan bila sedang bersama teman-teman touring ke suatu tempat. Atau nonton film bersama Naning (my wife), melupakan dunia nyata di luar bioskop, walau sejam dua jam. Melihat kegembiraan anak-anak main bersama teman-temannya. Atau mendapatkan rejeki tak terduga. Dapat tidur yang nyenyak dan dalam (deep sleep). Merasa bugar dan sehat setelah main futsal. Menikmati jalan ke pantai atau mendapatkan kesenangan dengan membaca buku. Banyak juga. Tetapi sekali lagi, aku masih merasa, wajahku masih (dominan) keras dan muram.

Ada sesuatu di dalam sana, yang perlu aku urus. Sekali lagi, wajah adalah gambaran jiwa. Bila wajahku masih saja muram, mendung, keras, dan tak banyak senyum, adakah ini berarti jiwaku sedang bernuansa gelap atau sumber terangnya meredup? Naudzubillahimindzalik - semoga ini tak terjadi padaku.

So what??!!! aku harus berkemas.

Masya Alloh, sebenarnya obatnya gak susah kok. Pernah aku rasakan dulu (tetapi akhir-akhir ini sudah tak lagi - hiks malu mengakui). Rajin ambil air whudlu, tunaikan dhuha, rawatib coba disempatkan, yang wajib ditunaikan di awal waktu, upayakan jamaah di masjid, buka kitab suci, dan kalau bisa mulai Senin Kamis.

Subhanalloh .. obatnya begitu dekat .. begitu mudah. Tak perlu biaya. Membuat jiwa sehat ternyata tak perlu biaya. Cuma perlu tekad dan tak cuma tobat sambal (menyitir kata-kata almarhum Ustadz Zainuddin M.Z.)

Bisakah? oh .. Ya Allooh. Kupanjatkan doa .. beri aku ingatan akan hal-hal ini. Supaya gak lupa terussss ... Amiin ...





No comments: