Wednesday 12 June 2013

Buaian Suara Suara Dari Kejauhan

Sampai sekarang aku sangat suka dengar radio. Barangkali oleh sebab almarhum Bapak. Beliau selalu bangun jauh sebelum subuh. Reyot tempat tidurnya akan segera diikuti klik radio disetel yang kemudian mengeluarkan suara lamat-lamat penyiar dan musik, menerobos dinding gedek rumah, hinggap di gendang telinga kami anak-anaknya - bukannya mengusik tidur, tapi malah membuai. Masa kecil kami diwarnai suara-suara dari kejauhan.

Di zaman gelap era 70an yang masih cukup vakum dari seliweran gelombang radio, siaran yang bisa ditangkap dari rumah (di Tanjung, sekitar 4 kilometer dari Selat Alas) masih sangat terbatas. Belum ada radio lokal selain RRI Mataram yang mulai mengudara sekitar jam 5 pagi. Radio Makasar dan Radio Australia lebih dulu. Mereka dapat didengar di gelombang AM dan SW. Jadilah kami pendengar setia pengajian dan adzan subuh dari Sulawesi. Juga konsumen berita dunia dari radio negeri kanguru.

Buaian yang nikmat. Suara-suara penyiar yang menceritakan aktifitas manusia entah di negeri mana. Pikiran melayang membayangkan semua hal yang mampu dihadirkan dalam alam fikir. Musik-musik aneh yang membawa nuansa asing ke dalam jiwa. Bahasa-bahasa yang bunyinya kadang tak masuk di akal sampai aku pernah yakin bahwa semua bunyi-bunyian yang keluar dari mulut manusia, apapun bentuk dan susunan bunyinya, pasti punya makna entah dalam bahasa di mana.

Kebiasaan mendengar radio mulai termanjakan oleh munculnya aneka stasiun radio, swasta dan pemerintah. Berkembangnya teknologi alat-alat siar memperkuat pancaran gelombang hingga menjangkau daerah lebih luas. Peralihan banyak stasiun radio dari gelombang AM ke FM juga menjadi tonggak penting yang masih aku ingat dalam hal radio.

(Ingatan masa kecil: RPD Selong. Radio Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur. Di gelombang AM. Pernah aktif lalu tak aktif dan kemudian aktif kembali. Entah apakah sekarang masih ada.)

Mendengar radio. Membayangkan negeri seberang. Berangan-angan. Bermimpi. Itu semua aku lakukan. Bagaimanapun, barangkali itu yang membentukku seperti sekarang ini.

Tak bisa ke negeri-negeri yang disebut dalam berita , aku cukup puas dengan mendapatkan kalender dinding dari Radio Australia dan Radio Amerika (VOA). Juga Radio Netherlands. Radio DW (Deutsche Welle) gak begitu populer di telingaku. Aku kirim surat ke alamat radio tersebut dan minta kalender. Senangnya minta ampun ketika Pak RT membawakan amplop dari LUAR NEGERI. Pak RT sampai aku kasi persen. Namanya Amak Jerin - kakak sepupu sendiri. Hehehe.

Pssssst (1). Kalau tak dimakan ngengat, kalender-kalender itu pasti masih utuh sampai sekarang. Soalnya tak mau aku pasang di dinding. Takut merusak lubang gantungannya. Kalender tak hanya berfungsi melihat tanggal. Ia adalah memori. Sebab memperolehnya tak mudah. Untuk tahu alamat pengiriman surat, aku harus mencatat cepat-cepat setiap penyiar menyebutnya. Berulang-ulang supaya pas titik komanya. Tak ada Google seperti sekarang buat copy paste alamat. Belum lagi biaya prangko. Dan tekanan batin (yang terasa asyiik - harap-harap cemas) menunggu jawaban.

Pssssst (2). Alhamdulilah, aku akhirnya bisa menjejakkan kami di beberapa negeri yang disebutkan dalam radio. Juga hampir berkunjung ke Hilversum (Radio Netherlands) dan Melbourne (Radio Australia). Ntar kalo ada duit beneran, kota-kota itu semua Insya Alloh aku akan kunjungi. Bila perlu masuk ke dalam gedung dari mana suara-suara akrab dari masa kecil itu dipancarkan. Hehehe.

Sebelum era sandiwara Saur Sepuh (Brama Kumbara) dan Tutur Tinular (Arya Kamandanu) muncul, yang tak asing di telinga waktu itu adalah sandiwara radio yang sangat legendaris 'Butir-butir Pasir Di Laut' yang disutradara oleh John Simamora (bacanya: joooooon simamoraaa).

Dari negeri jauh, ada nama yang tak bisa hilang dari ingatan sampai saat ini. Nuim Khaiyath. Ah .. suara beliau bikin bergetar. Legenda. Ada semangat. Idealisme. Juga kecerdasan. Kudoakan beliau sehat selalu. Aku yakin, suara beliau adalah salah satu pengantar dan pembentuk hidup banyak orang dari era Radio Australia zaman dulu.

Akibat romansa berlebih tentang radio, aku sangat tergila-gila dengan radio. Terutama yang bisa gelombang pendek. Dulu di Mataran, aku pernah tinggal di rumah salah seorang kerabat yang suka kutak kutik radio. Dia punya radio Grundig buatan Jerman kecil mungil dan begitu cantik di mataku. Fisik rusak sedikit, tetapi suaranya, Masya Alloh, begitu jernih. Darinya yang keluar hanyalah keindahan.

Aku tak mampu beli. Pernah di Surabaya tanya, Grundig juga, tapi bukan model yang sama. Diberi harga Rp. 650.000. Lima belas tahun laluuu ... Aku balik kanan.

Tetapi cukup senang pada akhirnya di Glodog bisa beli Sony ICF-SW11, radio gelombang pendek 11 band yang sampai sekarang aku bawa kemana-mana. Cukup kecil masuk tas. Cuma setelapak tangan orang dewasa. Aku bawa ke kota manapun yang aku kunjungi. Buat nangkap gelombang radio langsung dari sumbernya! Wonosari, Jogja, dengar campur sari Manthous. Di Surabaya buat dengar radio bahasa Jawa dialek lokal. Sumatera dengar urang awak menyiarkan lagu melayu. Juga di Kalimantan dengar pengajian.

Sempat aku tak percaya, ketika di Hanoi radioku bisa nangkap siaran Bahasa Indonesia. Kupikir radio Indonesia sebelah mana yang begitu kuat memancarkan siaran Bahasa Indonesia sampai ke negeri Paman Ho. Ternyata  penjelasannya ada di sini: http://tinyurl.com/lxood68

Begitulah sekelumit cerita tentang radio yang aku tulis karena terpacu keinginan untuk mengapresiasi perkembangan radio yang sedemikian rupa hingga zaman streaming ini.

Sekarang aku suka sekali dengar radio dari portal TuneIn (bisa diinstal di BB atau Android, juga PC). Buat dengar BBC, VOA, ABC, dll. Juga suara-suara asing dari kejauhan Kepulauan Cocos, dari Vanuatu, juga Peking dan Sacramento. Dari tempat-tempat yang jaaauuuh.

Sambil menyimak berita bahasa India, Swahili, dan Arab, juga menikmati alunan blues ataupun countries dari kota-kota kecil tak dikenal di negeri Paman Sam, mari kembali membangun impian suatu saat nanti bisa mengunjungi tempat-tempat tersebut yang saat ini hanya mampu didengar lewat suara.

2 comments:

Unknown said...

Kalau tertarik dengan tipe radio yang diceritakan di atas, Sony ICF-SW11 bisa pesan di sini ya... http://olx.co.id/iklan/radio-sony-icf-sw11-bagus-dan-baru-ID8UNKl.html#8ec9b60346 salam kenal!

Dien said...

Saya terharu, ooomm.. hiks.. Radio kita sama ICF-SW11