Sunday 8 August 2010

Renungan Menjelang Ramadhan 2010

“Setidaknya ada empat tingkatan beragama, “ begitu Ustazd Kastori memulai ceramahnya. “Yang pertama sporadis, lalu musiman, agama sebagai beban, dan agama membawa nikmat.”

“Dengan Ramadhan, kita berharap dapat belajar mencapai tingkatan keempat, dimana beribadah terasa nikmat, membawa kedamaian dan kebahagiaan,” ujar pendiri Yayasan Ulul Abshar, penyelenggara pendidikan TK dan SD di Banyumanik (Semarang) dengan pendekatan pesantren terpadu, tempat anakku Syarrifa dan Aya sekolah.

Ustadz Kastori sedang berceramah singkat dalam pertemuan dengan para orang tua murid menjelang Ramadhan tahun 2010 ini. Aku tuliskan beberapa hal menarik dari ceramah pagi tadi, siapa tahu ada manfaatnya bagi pengunjung blog. Ini adalah tentang ilmu, kebersihan hati, puasa, bulan Ramadhan, dan Quran.

Mengenai ilmu sebagai alat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Imam Buchari menekankan pentingnya ilmu sebelum amalan. Diperlukan ilmu dalam beragama. Salah satu masalah besar umat Muslim dewasa ini adalah hilangnya tradisi belajar yang baik di dalam mempelajari ilmu-ilmu agama. Bila mempelajari ilmu-ilmu lain, kita sangat tekun, efisien, dan sistematis. Bila menyangkut ilmu-ilmu Qur’an, kita belajar seakan tak pakai pedoman, sporadis, dan tidak telaten.

Yang juga terkait dengan ilmu adalah penjelasan tentang kebersihan hati sebagai pangkal masuknya cahaya ilmu. Ilmu Alloh adalah cahaya. Tak kan merapat pada hati yang maksiat. Himbauan: takwalah kepada Alloh maka Alloh akan mengajarimu ilmu.

Kecerdasan sangat tergantung pada kebersihan hati. Kebersihan hati merupakan manfaat puasa, sunnah maupun wajib. Orang yang berpuasa diberi ketenangan. Kecerdasan berbanding lurus dengan ketenangan. Bila ingin cerdas, puasalah. Himbauan: Latihlah anak-anak berpuasa sejak kecil sebagai alat untuk mereka kelak menjadi manusia-manusia yang tenang.

Terkait dengan Ramadhan yang akan segera kita masuki beberapa hari lagi. Ramadhan adalah hadiah. Hadiah bagi kita untuk membersihkan diri. Mari kita jalankan ibadah ini sebaik mungkin supaya mendatangkan manfaat dan tidak sia-sia belaka. Perbanyak belajar agama, ibadah lain, juga bersadaqah. Himbauan: Setidaknya selama Ramadhan, jadikan Qur’an sebagai buku yang menerima perhatian terbesar dari kita.

Tentang ajakan kepada berbuat baik dan menghindari maksiat. Panggilan Tuhan kadang kita abaikan. Kalau yang memanggil adalah Ketua RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, atau Presiden, kita akan tergopoh-gopoh memenuhi. Berbeda bila yang memanggil adalah Sang Pencipta, padahal Ia adalah pencipta semua presiden!

Dua penyakit yang harus dihindari. Kebodohan dan syahwat (perut dan di bawah perut). Akan hilang nilai keberadaban seseorang bila ia hanya memperturutkan syahwat. Pameo mengatakan, berbuat baik laksana naik gunung, berat sekali, tetapi berbuat maksiat seperti turun gunung, cepat sampai dasar.

Pesan utama: Puasa, Qur’an dan Ramadhan adalah hadiah bagi kita untuk membersihkan hati, menghapus segenap kesalahan, kesempatan meraih ketenangan, kecerdasan, dan ilmu. Amiiin.

4 comments:

Anonymous said...

Nice artikel, salam kenal ^_^

Tri lyly tralala said...

Artikel yang inspiratif...
terimakasih

Wahyudi Blog said...

Bagus nih blognya...
Sip... :)

Unknown said...

Mantap mas artikelnya ... jangn lupa mmpir ya ke
http://ptcgemilang.blogspot.com/