Thursday 29 July 2010

Memaksa Menulis

Menulis mungkin sama dengan mengerjakan PR bagi anak-anak atau pekerjaan kantor bagi kita yang sudah pada tua ini. Bila ditunda akan menyengsarakan. Mengapa? Karena diperlukan energi beberapa kali lipat untuk dapat mengingat-ingat detail peristiwa bila sudah terlewat satu dua hari. Apalagi kalau tidak ada catatan atau coretan ide-ide penting. Hmmm .. bakal pening deh kepala. Belum lagi kalau harus menggambarkan kembali emosi saat peristiwa atau kejadian berlangsung. Pening itu pasti. Dan kalau tak kuat, menyerah!

Beberapa kali aku alami hal yang sama. Hari kedua ikut touring BIC ke Lampung bulan April 2010 lalu, aku berhasil menuliskan antusiasme dan kegirangan peserta yang sejak malam sebelumnya bahkan ada yang tidak berani tidur takut kebablasan. Peserta diharapkan berada di tikum (titik kumpul) jam 3 pagi! Kegembiraan dan semangat yang tercermin ketika iring-iringan sekitar 50 kendaraan (dominan blazer) mulai bergerak di tol Merak menuju pelabuhan, nyebrang ke Lampung, dan aktifitas peserta di sekitar hotel, semua tergambarkan apik dalam satu tulisan pendek 3 halaman, sampai peristiwa kegagalan software komputer yang aku pakai ngetik di hotel menghapus semuanya.

Mencoba bangkit dari putus asa karena kehilangan file, aku mencoba mengais ingatan, menuliskan kembali poin-poin penting, dan BERJANJI akan menulis ulang ketika sudah kembali ke rumah dua hari kemudian. Hasilnya bisa ditebak. Janji tinggal janji.

Juni lalu, sebulan sebelum pindah ke Semarang, aku sudah membuat janji baru. Menulis tentang Semarang, tentang apa saja. Dua minggu pertama menempati rumah sewaan di Banyumanik berlalu begitu saja. Padahal kalau mau diingat, ada beberapa tulisan yang mestinya sudah bisa dituangkan ke blog ini: tentang pengalaman cari rumah sewaan, rasa senang tinggal tak jauh dari pasar, Semarang yang tak kenal macet, sekolah baru anak-anak, dan masih banyak lagi. Tak satupun terwujud, hanya karena satu kata: penundaan.

Rasanya perih bila mencoba mengingat kembali perasaan atau emosi yang menyertai munculnya sebuah ide tulisan, susah! Rasa yang ada sekarang mungkin sudah beda. Paling tidak, sudah tak lengkap lagi. Sedih, serasa kehilangan barang berharga, kehilangan momentum.

Judul 'Memaksa Menulis' mungkin adalah harapan akan obat. Bila ditunda terus, PR tak akan pernah jadi. Anak-anak harus terburu-buru mengerjakan sesaat sebelum berangkat sekolah, melupakan sarapan yang diperlukan tubuh mereka untuk tahan beraktifitas seharian. Bila ditunda, maka pekerjaan kantor akan terus menggayuti pikiran, membuat tidur tak nyenyak, mengacaukan semua urusan, membuat wajah burem nan suram. Jadi kelihatan cepat tua, kata orang.

Menunda menulis mungkin diperlukan bila memang direncanakan. Misal, karena harus menunggu data lengkap atau komputer sedang dipakai orang lain (hari gini, masih ada yang share komputer .. hihihihi). Menunda yang mematikan adalah bila merasa akan punya waktu nanti, besok, atau minggu depan, atau bahkan bulan dan tahun depan. Jadi, marilah memaksa diri menulis. Memaksa diri setidaknya menuliskan ide-ide penting yang kebetulan muncul agar tak hilang begitu saja karena ditindih ide lain yang datang belakangan. Setelah itu, setiba di rumah atau tempat lain yang nyaman, segeralah mengetik. Jamin dech, anda akan bahagia. (Just like me now!!!!) hehehe

2 comments:

Data dan informasi said...

benar sekali , memang betul sering kali menulis harus di paksa.salam kenal

Mr.Sapa Kiye.. said...

seep..muantabs....