Friday 14 May 2010

A Very Unproductive Year, But Why?

Sudah hampir tiba di pertengahan tahun, hanya ada tiga postingan. Februari dan April berlalu tanpa tulisan satupun. Memalukan! Aku juga sudah hampir lupa username dan password untuk masuk ke blog ini. Dulu aku mengira dengan berhenti bekerja di Bogor, berhenti bolak balik pagi sore Depok Bogor, aku akan punya banyak waktu untuk menulis blog. Aku salah.

Anugerah berupa waktu yang banyak ternyata bukan jaminan tulisan menjadi banyak. Terbukti, antara 2008-2009, ketika aku masih kerja di Bogor, sekaligus menjadi single parent buat kedua anakku sementara ibu mereka kerja dan tinggal di luar kota, aku mampu menulis banyak judul.

Well, aku bisa saja berargumen bahwa dengan berhenti bekerja di Bogor bukan otomatis aku punya waktu lebih banyak. Senin sampai Jumat, aku bangun pagi untuk siapin sarapan dan bekal makan siang anak-anak. Jam 7 pagi aku sudah harus di mobil antar anak-anak sekolah. Jam 8.30 aku sudah sampai kembali di rumah. Hidupin laptop dan segera tenggelam dalam kerjaan. Oh ya .. aku lupa cerita, setelah melepaskan status fixed-term staf di Bogor, aku menjadi pekerja kontrakan (konsultan), dengan kontrak diperbaharui 6 bulan sekali (kalau diperpanjang). Sore, jam 4.30, anak-anak pulang sekolah. Salah satu akan bilang 'pinjem laptop donk' membuatku tersingkir dari meja kerja. Sudah tidak bisa apa-apa lagi karena sebentar lagi maghrib menjelang. Malam? Kalau tidak siapin makan malam, sibuk urus anak (suruh sholat, mandi, belajar, dll. dll.) sampai mereka tidur dan aku ikut tertidur. Kapan buat nulisnya?

Malam aku terbiasa bangun. Biasanya sekitar jam 2 pagi. Dan tak bisa tidur lagi sampai subuh dan rutinitas persiapan anak-anak dimulai lagi. Untuk membunuh waktu, biasanya aku buka internet cek skor pertandingan EPL (kalau ada yang main), lalu buka FB dan email. Setelah itu, lihat-lihat berita terbaru di Detik.com atau portal berita mana saja. Kadang tak terasa azan shubuh sudah selesai dikumandangkan. Pertanyaan: mengapa bukan waktu dini hari ini dipakai untuk menulis?

Hmm .. tunggu dulu ... Memang sih, banyak teman yang bilang mereka suka mendapatkan inspirasi pada malam menjelang dini hari yang hening. Aku kok tidak ya ... Mungkin ini yang membuatku tak bisa menulis apa-apa. Not my style kalee ... Sayang juga!

Inspirasi? mungkin inilah penjelasan yang lebih tepat. Dulu, ketika sibuk menyeimbangkan kerjaan kantor dan rumah, lalu rasa capek berkendara pagi sore, dll. dll. berbagai inspirasi sering muncul. Entah karena lihat ogah keren di persimpangan jalan lalu terinspirasi menulis tentang pendapatan mereka, lihat konvoi klub kendaraan menguasai jalan (timbul inspirasi menulis tentang psikologi klub atau konvoi), pagi-pagi gak punya ide masak apa juga membuat terinspirasi tentang suka duka ibu rumah tangga, jutek sama teman kerja membuat ingin menulis tentang relasi teman di kantor, dll. dll. Ini mungkin jawaban mengapa tulisan tidak muncul lagi di blogku. Selama kerja di rumah, urus anak-anak, perjalanan rutin ke airport Jumat malam dan Senin subuh antar jemput istri, Sabtu Minggu leyeh-leyeh di rumah atau keluar anter anak-anak dan istri ke suatu tempat, otakku mungkin tidak banyak terpapar berbagai variasi hidup dan kehidupan. Pandangan hanya monoton, otak jadi tumpul dan inspirasi tak timbul-timbul.

Tentang upaya menimbulkan inspirasi, banyak yang bilang membaca buku adalah obatnya. Nah ini dia. Aku merasakan betul kebenaran ungkapan itu. Setiap mulai membaca buku, apalagi sampai menyelesaikannya, bintik-bintik inspirasi seakan timbul di otak. Rasanya jadi ingin menulis banyak hal, walau sekedar satu dua paragraf. Nampaknya aku harus mulai tambah porsi baca buku dan tak lupa siapin buku notes kecil untuk merekam ide yang muncul bila tak ingin buku tercoret-coret, kasian pembaca selanjutnya!

Sempitnya waktu dan bertubinya tekanan hidup nampaknya merupakan kombinasi bagus buat mereka yang mencari inspirasi bahan tulisan. Rasanya aku pernah mendengar seorang teman bercerita tentang Arswendo Atmowiloto yang menyebut penjara sebagai tempat yang bagus baginya buat berkarya. Barangkali Arswendo merasakan kemunculan berbagai emosi yang tidak muncul kalau dia tidak di dalam hotel prodeo, emosi-emosi yang membuat inspirasi tulisannya bermunculuan. Itu satu hal.

Ada satu hal lain yang ingin aku tulis, sebagai penutup tulisan yang aku harapkan sedikit menandai kembalinya masa produktif bagiku (ini doaku .. amiiiin). Adalah tentang membaca yang merupakan hakikat dari aktifitas menulis. Ayu Utami bilang membaca adalah upaya membuat jaring. Makin banyak bacaan kita, makin besar dan kuatlah jaring untuk menangkap inspirasi. Jangankan ikan besar, ikan kecil pun akan lewat begitu saja di bawah hidung kita bila tak punya alat penangkap.

Catatan: hari ini aku bisa menulis blog karena sedang di kantor istri di Semarang (apakah Semarang menginspirasi?), lalu ketimbang nganggur bikin bete, aku mulai mengetik satu dua kata di blogku. Apa yang dikatakan Harry Bhaskara (dulu Redaktur Tempo) terbukti benar. Menulislah dan jangan berhenti menulis. Penting atau tidak penting, tetaplah menulislah. Barangkali artikel ini tidak penting-penting amat, tetapi minimal ia telah berhasil membuatku senang karena merasa sudah BERHASIL menyelesaikan 1 judul. Ha ha.

Semarang, 14 Mei 2010.