Pulang ke Lombok di hari Lebaran tanggal 6 Juli 2016 ini sebenarnya tak direncanakan. Semua bermula dari iseng pagi-pagi jam 4 buka aplikasi Traveloka di Xiaomi Redmi2, buat lihat-lihat harga tiket pesawat Surabaya Lombok.
Aku kadang iseng begitu, nyoba lihat harga tiket dari satu kota ke kota lain, entah dalam negeri atau luar negeri, sekedar membayangkan seberapa banyak duit diperlukan untuk terbang atau kemudian berkhayal suatu saat nanti rute tersebut bisa aku lalui. Rute Surabaya Lombok di hari lebaran ini ternyata tak perlu terlalu panjang dikhayalkan. Harganya terjangkau. Dengan total sekitar 924 ribu, sudah bisa dapat tiket bolak balik pakai Lion Air.
Setelah konsultasi sejenak dengan Naning,dan anak anak, tentang plus minus pulang ke Lombok, akhirnya aku putuskan berangkat. Ada banyak yang diperoleh dengan membelanjakan 924 ribu. Yang terutama adalah silaturahmi ketemu Ibu. Tahun ini Ibu berusia kira-kira 73 tahun. Lalu ketemu adik-adik, Menuntaskan banyak obrolan yang selama ini hanya lewat telpon. Lalu melihat anak-anak mereka. Salaman ke semua keluarga yang bisa dijangkau dalam kunjungan singkat berdurasi sekitar 36 jam. Oh iya, ini perjalanan aku sendiri yang berangkat. Berhubung keterbatasan bla bla bla, Naning dan anak-anak terpaksa tak ikut.
Pesawat Lion berangkat jam 17.30 dari Juanda Surabaya. OTW ke Juanda, aku drop Naning dan anak-anak di Mall Ciputra di jalan Mayjen Soengkono sebelum aku masuk tol menuju Juanda.
Sempat kepikiran sedikit, kalau Zafira yang aku kendarai ada masalah dalam perjalanan menuju Juanda, keberangkatanku ke Lombok pasti tertunda. Aku tak akan bisa tinggalkan mobil di jalan lalu lanjut taksi, misalnya, karena Pakde Banyo yang bisa bantu urus mobil sedang ke Depok sekeluarga.
Tapi alhamdulillah, bayangan kekhawatiran tersebut tak terwujud. Aku tiba di Bandara International Juanda 1.5 jam sebelum jadwal take off. Ada cukup waktu untuk cari parkiran. Suasana Terminal 1 Juanda sangat ramai, terutama di sekitar terminal kedatangan. Ada banyak orang berseliweran datang menjemput keluarganya. Parkiran penuh. Alhamdulillah aku dapat parkir di bawah sebuah pohon. Mobil aku inapkan. Hanya 30 ribu rupiah semalam kok, Kalau mobil ditinggal di rumah lalu transport ke dan dari Juanda pakai taxi, biaya lebih mahal. Perlu sekitar 200 ribu.
Check in aman. Lancar. Atas saran Naning, aku nunggu di Lounge. Masih ada waktu sekitar 45 menit. Cukup untuk 3 mangkok soto ayam plus minum satu dua gelas. Hahaha. Iya lapar banget. Habis sholat ied tadi belum sempat makan banyak. :D
Jam 17.10 boarding. Pesawat Boeing 737-900ER Lion Air tinggal landas tepat jam 17.30. Alhamdulillah mendarat juga tepat waktu. Om Man sudah siap dengan Mirage-nya menjemput untuk membawa ke Lombok Timur. Overall, Mirage punya Om Man masih bagus. Mesin halus. Suara sound system masih membahana. Tetapi setiran terasa agak tak halus. Mungkin masalah di ban atau kaki-kaki. Perlu servis.
Tetapi perjalanan lancar. Aku yang nyetir sampai rumah. Biar Om Man santai sejenak karena dia rencana balik lagi ke Mataram - dia sedang mudik di rumah mertua, bawa anak anak (jumlahnya 6) hahaha. Banyak sekali anak Om MAn, kata Ifa dan Aya. Absen dulu ah namanya siapa, supaya tak lupa lagi: Adit, Fakih, yang ke tiga (tak ingat namanya), lalu Nora dan si kembar cewek-cewek (lupa lagi namanya). hahaha. Ntar deh ditanyakan lagi sama Om Man. :D ... *
Sesampai di rumah Tanjung, ternyata anak-anak Bi Imah masih belum tidur. Mereka nunggu Pak De Anong. Sayang sekali Pak De tak bawa oleh-oleh. Bi Imah sudah sediakan beberok kangkung dan rawon ayam buat semua makan bersama. Nyam nyam nyam. Selesai makan malam, obral obrol sama Ibu dan Irwan (suami Bi Imah) tentang berbagai hal.
Selesai obral-obrol di rumah, sekitar jam 10 malam, aku ke Rumah Om Ujik, tetangga sebelah, buat memastikan apakah nanti malam TV di rumahnya bisa nangkap siaran bola, semifinal Euro 2016 antara Wales dan Portugal. Ketemu Kak Opan. Terakhir bertemu sekitar 7 tahun lalu di Cakranegara ketika beliau masih kerja di Money Changer. Sekarang sudah jadi pegawai Pemkot Mataram. Dibuatkan kopi sama Otong yang tinggal di rumah sebelah.
Setelah obrol sejam, aku pamit pulang. Mau tidur untuk kemudian bangun nanti jam 3 (WITA) buat nonton bola. TV punya Otong ternyata bisa nangkap siaran TV dari India. Alhamdulillah. Mengandalkan antene luar, TV tak bisa tangkap siaran apa-apa. Sebagian kemudian menggunakan parabola untuk bisa menangkap gelombang TVRI atau TV swasta lain. Yang kreatif adalah pakai TV kabel. Dengan membayar sekitar 2 ribu rupiah per bulan kepada Pengusaha TV Kabel, mereka sebutnya begitu, aneka channel TV dalam dam luar negeri bisa ditangkap. Termasuk channel TV India yang siarkan bola. (lanjut ke Pulang Ke Lombok Part 2)
*setelah ditanyakan ke Bibi Yati, nama anak ke tiga Om Man adalah Yayat dam si kembar Safa dan Sakina :D
Aku takut
13 years ago
No comments:
Post a Comment