1) Penyebab pertengkaran seringkali sepele. Misal anak tidak melipat mukena dan sajadah selesai sholat atau lupa mematikan lampu sehabis dari kamar mandi. Menanamkan kebiasaan baik pada anak (merapikan alat sholat atau hemat energi) butuh waktu bukan?
2) Anak adalah anak. Mereka masih labil. Sekarang marah, sejam dua jam gembira lagi. Paling banter mogok bicara semalaman. Besoknya, sepulang sekolah, mereka sudah ceria kembali. Bagi anak, pertengkaran bukanlah hal serius. Kalau orang dewasa, bisa dendam setahun lho. Wkwkwkwk.
4) Tak ada orang yang suka bertengkar. Dewasa maupun anak-anak. Hati galau atau mood tak karuan gara-gara bertengkar dapat membuat runyam urusan lain. Coba saja ingat, kalau hati lagi senang, orang-orang sekeliling nampak menyenangkan dan pekerjaan berat sekalipun akan terasa ringan.
5) Lagipula, bukankah bila anak senang, hati orang tua ikut senang? Marilah mengalah bila memang bisa bikin anak senang. Misal, di toko pakaian, anak lebih memilih gaun warna merah menyala ketimbang hijau pupus pilihan ibu. Ibu mengalah. Anak senang. Akhirnya semua akan senang.
6) Orang tua sering lupa kalau anak adalah subyek. Mereka belajar banyak hal dari melakukan sesuatu. Larangan berarti kesempatan belajar hilang. Tak perlu bertengkar bila anak pulang terlalu sore. Anak juga bisa tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri bukan?
Masih mau bertengkar dengan anak? Kalau ya ... silahkan saja. Tapi mood tak karuan, monggo ditanggung sendiri .. :D
No comments:
Post a Comment