Menulis itu mudah bila kita paham apa yang akan kita tulis, punya bahan untuk ditulis. Bila tidak punya, lalu mau nulis apaaaa? Hehehe.
Bahan itu berarti apapun yang diserap panca indera, yang dibaca, yang didengar, yang dicecapi, yang dibaui, yang dirasakan, dan juga apapun yang merupakan hasil analisis semua bahan yang diperoleh tadi.
Kata Kunci #1 Punya Bahan
-------------------------------------------------------
Punya bahan banyak tetapi konstruksi ide tak ada, maka tulisanpun sulit mewujud. Diperlukan mind map / peta pikiran tentang apa yang dipunyai tadi.
Peta tersebut dimulai dengan ide pokok tentang apa yang akan ditulis, misal tentang CSR (Corporate Social Responsibility) yang kemudian dibuatkan cabang pikiran menjadi (misalnya): pengertian CSR, praktek CSR selama ini, manfaat CSR, masa depan CSR, dll.
Cabang besar di atas lalu dibuatkan cabang kecil atau ranting. Misal: Manfaat CSR bisa menjadi (1) bagi pemerintah, (2) bagi perusahaan, dan (3) bagi masyarakat.
Bila konstruksi pikiran ini sudah terpetakan, maka menulis akan menjadi sesuatu yang menyenangkan karena ada pedoman yang akan membimbing proses penulisan (dan juga sebagai pedoman dalam pengumpulan bahan tambahan. Proses menulis tak terbatas menuangkan ide, tetapi juga pengayaan ide dengan hal-hal baru yang sebelumnya tak terpikir/tak ada.)
Kata Kunci #2 Konstruksi Ide Tulisan
-------------------------------------------------------
Bila sudah punya bahan, bahkan sudah terpetakan dalam peta ide (mind map), yang dilakukan selanjutnya adalah proses menulis. Proses menulis adalah upaya menjalin bahan-bahan yang dimiliki menjadi kalimat, paragraf, halaman demi halaman, dan selesai dalam satu judul.
Untuk bisa melakukan hal ini, tentu penulis perlu memiliki keterampilan menulis. Keterampilan menjalin ide, pokok pikiran, contoh pendukung, hasil analisis, dll. menjadi bacaan indah penyampai makna yang efektif dan sekaligus efisien.
Untuk yang terakhir ini, penulis harus rajin-rajin berlatih menulis, melatih jari jemari mengetik apa-apa yang terbetik di fikiran, menyusun menjadi bacaan yang tak bikin pembaca menguap.
Oh ya, salah satu yang sangat mendasar untuk diingat oleh siapapun yang sedang membangun keterampilan dalam menulis adalah tentang mechanics atau aturan bahasa seperti penggunaan huruf besar, tanda titik koma, kata sambung dll. Selalu periksa ketikan jangan sampai ada thypos atau salah ketik - hal-hal kecil yang dapat merusak nuansa. :D
Kata Kunci #3 Terampil Menulis
-------------------------------------------------------
Itulah 3 hal yang menurutku diperlukan oleh siapapun yang tertarik membuat karya tulisan.
Tentu ada banyak hal-hal lain semisal kesehatan (kalau sakit keras kan tak bisa nulis), mood yang bagus, alat menulis yang cocok (ada lho yang tak bisa mengeluarkan idenya bila pakai komputer dan tetap setia menggunakan mesin ketik lama - katanya suara cetok cetok mesin ketik bisa bikin otak encer), suasana tempat menulis (misal di gunung nan sepi bisa bikin lebih produktif dibanding di tempat ramai), dan lain-lain.
Terakhir: mari mulai dengan mengetik satu huruf, satu paragraf, satu halaman. Semua karya tulis penulis besar dunia pasti dimulai dengan ketikan atau coretan pertama. Kalau tak dimulai, lupakan saja ide menjadi penulis yang punya karya. Mudah bukan?
TIPS: teringat Cik Gu Andreas Harsono yang bilang (kira-kira begini): kalau sebuah tulisan sudah selesai, bacalah dengan keras. Uji dengan lidah apakah tulisan itu enak dibaca. Uji dengan telinga apakah tulisan itu enak didengar. Bila lidah dan telinga nyaman dengannya, tulisan sudah layak diterbitkan (walau hanya untuk kalangan sendiri juga tak apa-apa hehehe).
Aku takut
13 years ago
No comments:
Post a Comment