Tuesday, 2 August 2016

Jakarta oh Jakarta

Aku selalu suka perjalanan ke Jakarta yang tak lama-lama. Artinya, kalau bisa .. datang pagi, selesaikan tugas, lalu sore atau malam balik ke Semarang. Pola seperti itu yang beberapa kali terakhir aku alami. Entah kenapa, tetapi Jakarta tak lagi (atau belum lagi) bisa bikin aku nyaman.

Tak nyaman seperti apa?

Mungkin karena di Jakarta aku sudah tak punya engagement - keterikatan dengan seseorang, sekelompok orang, suatu organisasi, program, atau apa saja, sebuah keterikatan yang bersifat rutin, sehari-hari, dalam bentuk pekerjaan permanen.

Jadi, ke Jakarta itu seperti pergi ke kota asing. Sekedar untuk menyelesaikan suatu misi. Sesudah misi berakhir, tak ada lagi yang ditunggu. Pulang ke Semarang adalah pilihan terbaik.

Mungkin karena aku selalu tak punya uang lebih bila ke Jakarta. Hanya cukup ongkos dan bekal sekali dua kali makan. Ada ketakutan bila aku berlama-lama di Jakarta, aku tak akan bisa makan. Tak ada teman tempat mampir makan. Saudara jauuh di bagian selatan kota, padahal seringkali aktifitas yang aku tuju adanya di bagian tengah atau utara. Pulang ke Semarang adalah jaminan sampai di rumah dan ada nasi di mejikjer.

Itu mungkin satu dua alasan mengapa aku tak bisa atau tepatnya prefer not to berlama-lama di Jakarta. Eh . jadi ingat, mungkin salah satu alasan lain adalah karena dua bontotku, dua cewek ABG Ifa dan Aya, adanya di Semarang. Tak jenak meninggalkan mereka berlama-lama, tak ada yang urus makan dan antar jemput sekolah mereka. I don't feel comfortable to be far from home.

Entahlah. Tapi memang yang aku ingat, beberapa perjalanan terakhir ke Jakarta, aku hanya habiskan waktu tak lebih dari 12 jam.

Contoh terakhir, beberapa minggu lalu, aku tiba di Jakarta, di Terminal Bis Rawamangun sekitar jam 4.30 pagi. Kali ini aku naik bis karena paling murah dibanding kereta apalagi pesawat.

Setelah sholat subuh di masjid samping terminal, aku naik taksi ke Komplek Duta Merlin. Sesampai di sana, tentu saja kantor yang aku tuju belum buka. Maka aku habiskan waktu berkeha-leha baca buku di musholla pojok parkiran komplek perkantoran terkenal ini.

Jam 8 pagi aku masuk ke kantor yang dituju. Urusan selesai tak lebih dari 15 menit. Lalu aku naik ojek ke Gambir. Tujuan mau ke airport pakai DAMRI. Biar hemaaat. Hehe. Karena masih banyak waktu, pesawat ke Surabaya jam 2.40, aku ngopi dulu di Dunkin, tempat aku HAMPIR SELALU mampir bila lewat Gambir.

Selesai ngopi, aku naik bus khusus ke airport dengan ongkos (hmm.. berapa yaa) mungkin 30 ribu. Iih aku lupa berapa hehehe. Sejam kemudian sampai di airport. Nunggu pesawat. Dan terbang ke Surabaya.

Tak sampai 12 jam di Jakarta, bukan? Selepas Jakarta (batasnya, pesawat mengudara), aku merasa nyaman .. Iya SELEPAS .. seperti terlepas dari sesuatu yang mengikat. Ah .. tak tahulah ..

No comments: