Saturday, 28 June 2014

Otak. Sang Pusat Pembuatan Keputusan

Life is a series of decision making process. Itu yang aku percaya. Dan otak adalah organ yang paling bertanggung jawab untuk tugas itu. Entah otak yang mana. Aku tak paham ilmu anatomi.

Yang jelas, tugas otak dalam membuat keputusan iu hanya jeda ketika kita sedang tidur (mungkin jedanya tak 100%) dan mendekati 100% ketika kita sedang pingsan. Lalu OFF bila kita mati. Mungkin begitu.

Boleh dibilang, otak tak berhenti bekerja membuat keputusan selama 24 jam, 7 hari seminggu, 30 hari dalam sebulan, atau 365 hari dalam setahun, atau seumur hidup. Keputusan yang dibikin TAK TERHITUNG jumlahnya. Countless. Dari detik ke detik, menit ke menit, terus bekerja membuat beragam keputusan yang kemudian dijalankan oleh organ-organ lain tubuh kita - bahkan mungkin oleh otak itu sendiri juga, semacam otak memerintah otak. Hehehe.

Otak memerintahkan mengetik. Membuat keputusan bagi mata untuk melihat layar. Lalu memerintahkan tangan meraih telpon ketika ada nada dering terdengar. Otak memerintahkan tangan kiri menggaruk pantat kalau terasa gatal.

Otak memerintahkan wajah menoleh, bahkan badan membalik, bila ada suara kemeresek terdengar dari samping atau belakang kita saat berada di dalam hutan bersemak rimbun.

Otak bekerja membuat keputusan bagi kita (sistem organ pelaksana perintah) untuk melakukan sesuatu dengan didasarkan pada proses analisis semua faktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan.

Otak memutuskan bagi mata untuk melihat layar komputer. Mengapa bukan menoleh ke kiri?

Otak memutuskan mata terus membaca tulisan ini. Mengapa bukan berhenti membaca

Otak tahu mana yang dia putuskan. Otak memilih, menimbang semua faktor, untuk kemudian memutuskan memberi perintah bagi organ untuk menunaikan perintah tersebut.

Tahu nggak. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu keputusan berjumlah tak sedikit. Bahkan TAK TERHITUNG.

Sebuah perintah otak bagi tangan kanan untuk meraih gagang cangkir kopi (mengapa bukan memegang cangkir?) lalu menyuruh mulut menyeruput kopi yang disorongkan tangan (mengapa bukan meludahinya), semua itu dilakukan dengan segenap pertimbangan seperti: ada rasa haus di mulut, ada keinginan lidah untuk mencecap kopi, ada keinginan break sejenak dari mengetik, dll yang semuanya diakumulasi, dikalkulasi, dihitung dengan skala prioritas, untuk membuat satu keputusan: tangan raih cangkir kopi untuk membawa kopi ke mulut. Bukan yang lain. Titik.

Dan semua itu dilakukan dalam kecepatan yang tak bisa kita bayangkan. Proses pembuatan keputusan itu dilakukan di sistem syaraf otak, dalam bentuk denyutan listrik otak, dalam kecepatan yang tak bisa kita samai dengan kecepatan apapun yang pernah dicipta (atau diketahui manusia).

To be brief: otak is amazing, complex, but quick and firm decision maker (mungkin dalam kondisi otak sehat). Tentunya lain lagi bila otak tak sehat. Wallaohua'lam.

No comments: