Copy link juga asyik karena FB
memudahkan segalanya. Judul tulisan/link
akan tercetak tebal, ada teaser paragraf,
dan thumbnail bisa dipilih-pilih. Link ke berita atau informasi keren dapat
bikin wall FB kita jadi keren juga. Semua di atas dilakukan tanpa perlu banyak
mikir, kecuali (barangkali) memikirkan pulsa koneksi ke internet.
Ngetweet di Tweeter agak susah dikit. Ada
batasan maksimal jumlah karakter. Ini perlu ekstra kreatifitas menggunakan
kata-kata. Itu kalau mau repot. Yang gak repot, cukup nyeletuk satu dua kata,
atau re-tweet punya orang.
Sekali
lagi, tulis status dan komen di FB tidaklah susah. Nge-tweet juga gampang. Cukup pendek-pendek, klik, selesai. Permasalahannya
adalah, apakah kondisi ‘gampang’ tak patut kita curigai sebagai pembunuh
kreatifitas menulis bila suatu saat kita perlu nulis panjang? Seperti bila akan
menjawab pertanyaan ujian essay di kampus? Atau tulis makalah, dan akhirnya
skripsi?
Hmm
.. biarlah pertanyaan ini dijawab melalui penelitian komunikasi oleh
teman-teman dari jurusan komunikasi dengan spesialisasi media.
Coretan
pendek ini buat sekedar menggelitik pikiran para pembaca untuk sedikit kritis
pada fenomena instant messages semacam FB, Twitter, Yahoo Messanger, dll.
Pindah
cerita.
Mengapa
TV menarik? Karena penonton tak diharuskan memutar otak alias nonton TV gak
perlu pake mikir berat. Cukup tekan tombol ON, duduk nyaman, mainin remote,
pilih-pilih channel, ndlohom, cengar cengir, sesekali tawa
ngakak, atau kadang sumpah serapah – semuanya dilakukan tanpa perlu energi otak
terlalu banyak.
Ya
iyalah .. memang salah satu kegunaan televisi adalah sarana hiburan buat jiwa
dan raga yang telah seharian kerja. Tetapi tahukah kita, bahwa anak-anak kita kadang
terlalu asyik mengkonsumsi acara televisi (banyak orang bilang ‘tak mutu’) serta
menelan mentah-mentah apa yang mereka dengar dan lihat? Tanpa menggunakan otak mereka
sebagai filter, atau barangkali karena otak mereka belum siap menjadi saringan
buat diri mereka. Dan pada saat yang sama .. kita di manaaaaa? Kok tidak
dampingi anak-anak nonton TV? Seperti yang disarankan pakar pendidik?
Ah,
rupanya kita ada di sana. Di atas kasur empuk ruang tidur dengan AC ON menyebarkan
hawa dingin penyaman raga. Sementara bibir kita senyam-senyum memandang layar BlackBerry,
jari-jemari kita lincah menekan tuts,
kadang tanpa terlalu banyak berfikir tentang akibat dari kita bilang ini atau
itu.
Ah, rupanya kita juga sedang asyik menikmati instant
messages, kali ini pakai BB Messanger.
Lalu kapan nulis thesisnya kalau gini? Padahal nulis thesis perlu nulis panjang? Gak cukup satu dua komen yang kadang asal njeplak? AAARrrrrrgh … Mari tanya rumput yang bergoyang. Hihihihi.
No comments:
Post a Comment