Wednesday 29 April 2009

Mood Swing: Istri dan Liverpool

Ada dua hal yang paling membuatku bad mood: bertengkar dengan istri dan Liverpool kalah. Ketiadaan duit, masih bisa dicari. Kerjaan belum beres, bisa dikerjakan besok. Kurang kopi, masih bisa bikin lagi. Tapi kalau abis bertengkar dengan istri, atau Liverpool kalah, hmm .... diperlukan sekurangnya 1X24 jam untuk menetralisir perasaan.

Dulu ketika masih di Jogja, aku hampir celaka ditabrak motor. Saat itu aku mengendarai motor ke arah barat keluar gang depan Hotel Ishiro Kencana di Jalan Kaliurang. Karena fikiran masih melayang runyam sehabis bertengkar dengan istri, aku tidak hati-hati. Roda depan motor terlalu masuk ke badan jalan Kaliurang. Braaaakk!!! Aku ditabrak motor yang melaju kencang dari arah utara.

Aku harus ganti rugi karena menyebabkan pelek sepeda motor penabrakku bengkok. Dia tidak marah, cuma menyesal karena motor yang ia pakai adalah motor pinjaman. Aku tidak mau panjang-panjang urusan dan segera memberinya duit ganti rugi. Untung bawa duit. Aku mengaku salah karena tidak tengok kiri-kanan sebelum menapakkan ban depan motorku ke badan jalan yang sedang ramai.

Sampai saat tabrakan terjadi, aku berada dalam situasi ‘I am not there!’ – memacu motor tanpa sadar arah dan tujuan. Aku berkendaraan dengan fikiran entah kemana karena bad mood sejak melarikan diri dari istri yang sedang muntab (meminjam istilah Andrea Hirata dalam tetraloginya), keluar rumah di kawasan Gedong Kuning menuju Jalan Semangu, menyusuri samping kebon binatang Gembira Loka ke arah Pabrik Susu SGM, lalu masuk ke Timoho, melewati IAIN Sunan Kalijaga, menyeberang Jalan Solo menuju Demangan, lewat Jalan Gejayan masuk kampung Karang Malang, melintasi sisi Lapangan Pancasila UGM ke arah Kelebengan, Karang Wuni, dan ke Jalan Kaliurang lewat depan Hotel Ishiro Kencana. Semua terlewati begitu saja.

Ada beberapa kejadian lain yang mirip, hampir celaka karena bad mood setelah bertengkar istri. Sekarang, bila sedang bad mood aku akan sangat berhati-hati berkendaraan.

Tanggal 14 April lalu, Liverpool tersingkir dari ajang Champions League 2009 setelah kalah 4-4 (5-7) dari Chelsea. Aku sebenarnya sudah siap dengan kekalahan itu karena minggu sebelumnya Liverpool kalah 1-3 di kandang sendiri. Harus memasukkan paling tidak 3 gol untuk memelihara peluang lolos ke empat besar. Bukan sesuatu yang mudah apalagi main di kandang Chelsea, Stamford Bridge.

Cuma setelah melihat penampilan heroik Liverpool, dimana Torres dan Benayoun bisa mencuri 2 gol di babak pertama, membuat pelatih Chelsea Guus Hiddink sewot, lalu kejar-kejaran gol dengan Lampard dkk, harapan tumbuh .. tapi sayangnya .. untuk segera terhempas kembali. Sehabis pluit panjang jam 4 dini hari, aku gak bisa tidur lagi, apalagi temanku JT sempat kirim SMS ejekan karena the Reds kalah.

Jangankan ketersingkiran dari Champions League itu, kekalahan tidak penting Liverpool di Premier League akan membuatku merasa runyam seharian. Gak tahu kenapa.

Sebaliknya, ada rasa bahagia yang luar biasa, yang membuat hari-hariku terasa ringan, bila pasukan Bos Rafa berhasil menggenggam 3 poin penuh dari sebuah pertandingan. Kerjaan di kantor tidak ada halangan. Anak-anak saling goda berlebihan sampai menangis sekalipun tidak akan menjadi isu besar. Bekal makan siang, nasi tempe saja, akan terasa sangat nikmat. Semua terasa ringan bila Liverpool menang. Mengapa bisa sampai begitu? Gak tahulah, yang jelas beberapa hal berikut bikin aku suka sekali pada pasukan merah asuhan Rafael Benitez.

Filosofi yang dipakai
Berfikir positif
Menatap ke depan
Target dekat .. next game
Forget last game
Not too sombong
Praise kepada orang – tidak ngomong jelek tentang orang

Website terbaik
Update sangat cepat .... aku belajar media di sini
Lalu belajar dari Tomkins
Dll dll

(Aku akan tulis tentang hal ini besok)